REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) MPR Saleh Partaonan Daulay berpendapat, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam kapasitasnya selaku Panglima TNI merupakan simbol pertahanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Pemerintah Amerika Serikat tentu tahu Jenderal Gatot bukan pejabat biasa di TNI. Karena itu, penolakan kedatangan Panglima TNI tidak boleh dianggap remeh. Harus ada penjelasan detail dan tuntas atas kejadian itu," kata Saleh dihubungi di Jakarta, Selasa (24/10).
Saleh kemudian membandingkan perlakuan pemerintah Indonesia bila ada pejabat Amerika Serikat yang datang. Siapa pun pejabat tersebut, selalu dihormati dan dilayani dengan baik.
Perlakuan hormat dan baik itu bahkan tidak hanya diberikan pemerintah, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Seharusnya, hal yang sama juga ditunjukkan oleh pemerintah dan rakyat Amerika Serikat. Menurut Saleh, itu hakikat persahabatan antardua negara.
"Tidak enak rasanya seorang Panglima TNI ditolak negara sahabat, apalagi untuk memenuhi undangan salah satu pejabat negara tersebut. Kalau pun Jenderal Gatot tidak pergi, juga tidak akan mengurangi apapun di pihak Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Panglima TNI diundang menghadiri acara pertemuan para panglima angkatan bersenjata tentang organisasi teroris atau "Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization" (VEOs) yang akan dilaksanakan pada 23-24 Oktober di Washington DC.
Undangan tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Joseph Dunford.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan, Panglima TNI beserta istri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan.
"Kemudian pada Sabtu (21/10), Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai penerbangan Emirates, tetapi beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai penerbangan bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection," jelas Wuryanto.
Baca juga, Panglima Gatot Jadi Sorotan Media Internasional.