REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insiden Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang dilarang masuk AS telah menjadi perhatian publik. AS telah meminta maaf, kendati dalam pernyataan terakhir seorang pejabat Amerika menyebut gagalnya Gatot berangkat atas keputusannya sendiri.
Natalie Sambhi, seorang peneliti di Center USAsia Perth, mengatakan insiden tersebut dapat meningkatkan dukungan terhadap Jenderal Gatot di dalam negeri. Hal ini dianggap sebagai bukti adanya konspirasi anti-Indonesia di Barat.
"Gatot yang tidak diharapkan untuk dapat menjadi kandidat kuat dalam pemilihan presiden 2019, memposisikan dirinya di dalam masyarakat Indonesia sebagai korban kebijakan AS dan membuka sentimen anti-asing yang akan terus berlanjut untuk memperkuat kepercayaan populisnya. Selanjutnya, mungkin ini kesempatannya untuk menjadi wakil presiden," ujar Sambhi.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seharusnya terbang ke AS menggunakan maskapai penerbangan Emirates EK 0357 pada 21 Oktober lalu. Pemberitahuan penolakan kemudian disampaikan maskapai Emirates atas permintaan otoritas keamanan dalam negeri AS.
Gatot terbang ke AS guna memenuhi undangan Panglima Angkatan Bersenjata AS Jenderal Joseph F Durford Jr, yang juga merupakan sahabatnya. Gatot beserta rombongan, yakni istrinya dan empat orang TNI lainnya sudah mendapat visa dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.