REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pembinaan integritas Program dan Layanan Pertanian (Protani) tengah berlangsung 24-26 Oktober 2017 di DI Yogyakarta (DIY). Pembinaan salah satunya diisi Irjen Kementerian Pertanian, Justan Riduan Siahaan, dibuka langsung oleh tuan rumah Wakil Gubenur DIY, Sri Paduka Paku Alam X.
Ditemui di sela-sela pembinaan, Irjen Kementerian Pertanian menekankan, penyuluh pertanian seperti kertas kosong yang hannya melaksanakan apa-apa sesuai rencana. Karenanya, mereka akan menjadi penentu suksesnya program-program pertanian, lantaran jadi pengawas secara tidak langsung.
Salah satu perannya, membuat petani-petani paham targetnya, jadi penentu pemilihan seperti varietas-varietas karena mereka yang ada di lapangan. Selain itu, semisal ada pemberikan alat atau mesin pertanian, merekalah yang akan menjadi penyambung suplier dengan petani.
"Nah, korupsi biasanya ada pengadaan barang dan jasa, mereka mengantisipasi program supaya jangan sampai terkorupsi, terkurangi, sebab informasi nanti mereka yang akan tahu," kata Justan, Selasa (24/10).
Saat ini, baru ada sekitar 6.000 penyuluh pertanian yang difasilitasi Kementerian Pertanian, dan jumlah itu dirasa masih kurang dari kebutuhan. Mereka, lanjut Justan, sekaligus akan mengawasi kemungkinan adanya pungli dalam pelayanan, termasuk dalam pemberian alat mesin pertanian.
"Soalnya, masyarakat tidak tahu harus bayar atau tidak, termasuk untuk pupuk, bibit, karenanya posisi mereka (penyuluh) penting," ujar Justan.
Pembinaan kali ini sendiri melibatkan setidaknya 400 peserta, yang terdiri dari pimpinan mahasiswa dari enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Pembinaan mengangkat tema Petani Mulia Pro Pangan Dunia, Kiprah Penyuluh Muda untuk Wujudkan Lumbunga Pangan Dunia 2045.