REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menghadiri Halaqah Nasional Ulama, Pesantren dan Cendekiawan, Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara di Pesantren al-Hikam, Depok, Jawa Barat pada Rabu (25/10). Sebelum pulang, Muhadjir menyempatkan diri untuk berziarah ke makam KH Hasyim Muzadi.
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, setelah menghadiri acara Halaqoh Nasional Ulama, Pesantren dan Cendekiawan, beliau turun entah mau ke mana. Ternyata beliau ke kuburan KH Hasyim.
"Saya temani beliau, dia yang memimpin tahlil. Ternyata bacaan beliau keras, dari Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, Annas, sampai akhir tahlil," kata KH Cholil kepada Republika.co.id, di Pesantren al-Hikam usai tahil, Rabu (25/10).
Setelah memimpin tahlil, Muhadjir mencolek KH Cholil. Dia meminta KH Cholil memimpin doa setelah tahlil. KH Cholil merasa terkejut karena Mendikbud tahu betul bagaimana cara membangun persatuan.
KH Cholil juga berpesan, yang sama jangan dibeda-bedakan, yang belum sama cari persamaannya untuk membangun persatuan. Seperti yang disampaikan Mendikbud, yang paling berat saat ini adalah membangun kerukunan internal umat beragama.
"Saya menemukan di sini, secara reflek bahasa tubuh, bahasa religius, bahasa keagamaan yang ingin menyatukan. Beliau (Muhadjir) sebenarnya adalah santri, beliau juga punya perhatian besar untuk membangun persatuan umat Islam," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Muhadjir adalah santri, bahkan dia menyampaikan masih ada hubungan keluarga secara silsilah dengan Gus Dur. "Putra beliau juga sekolah di Sabilillah Malang yang didirikan oleh tokoh NU, KH M Tholchah Hasan. Beliau menyampaikan meskipun Muhammadiyah, beliau ziarah kubur," ujarnya.