REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah awalnya didirikan berupa klinik sederhana pada 15 Februari 1923 di kampung Jagang Notoprajan, Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa.
Didirikan atas inisiatif HM Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh KH Ahmad Dahlan. Seiring dengan perkembangan zaman, pada sekitar era tahun 1980-an nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).
Pada tahun 1928 perkembangan klinik semakin bertambah besar dan berkembang menjadi poliklinik PKO Muhammadiyah. Lokasi juga harus lebih luas dan perlu dipindahkan ke tempat yang lebih memadai dengan
menyewa sebuah bangunan di Jalan Ngabean No 12 B Yogyakarta (sekarang Jalan KH Ahmad Dahlan).
Saat ini persyarikatan mempunyai 105 RS dengan 8082 bed tersebar di 17 propinsi dan 204 klinik (database MPKU 2017). Pengelolaan Rumah sakit dan klinik di inisiasi dan dikelola oleh Muhammadiyah atau Aisyiyah mulai dari pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, pimpinan cabang bahkan ranting. Ada yang berdiri sendiri dan ada yang berlaku seperti grup.
Perkiraan pendapatan secara total beskisar di angka Rp 5-6 Trilun per tahun, kata Ketua MPKU (Majelis Pembina Kesehatan Umum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Agus Samsudin MPKU berkontribusi terhadap solusi kesehatan di Indonesia sebesar lima persen. Sedangkan di antara swasta non-profit di angka 15 persen, sedangkan keseluruhan swasta sebesar 10 persen. Jumlah klinik MPKU dibandingkan dengan puskesmas tentu jauh tertinggal, kurang dari dua persen.
Secara geografis tidak merata dan sampai saat ini ada setidaknya 10 PWM yang belum mempunyai rumah sakit. Data terakhir tahun 2017 menunjukkan tren yang signifikan kenaikan jumlah Rumah Sakit (RS) swasta di Indonesia sebesar 15 persen. Dengan kata lain perjalanan 100 tahun MPKU sama dan sebanding dengan pertumbuhan RS selama setahun terakhir di Indonesia. Keadaan ini tentunya bisa dibaca dengan dua cara.
Pertama, Indonesia bisa jadi sudah merasa cepat tetapi di luar pertimbuhan lebih cepat. Kedua, secara ekonomis bidang kesehatan masih menjanjikan sehingga banyak investor yang tertarik.
Dalam perkembanganya tentu saja ada beberapa tantangan setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi saat ini pertama sistem jaminan kesehatan nasional dengan seluruh aturan dan implikasinya. Kedua persaingan yang semakin tinggi dan peningkatan kemampuan internal Muhammadiyah untuk bertumbuh.
"Program MPKU tahun inu melakukan penguatan dan peningkatan manajemen yakni dari sisi kualitas dengan akreditasi dan pemenuhan berbagai aturan yang dibuat oleh pemerintah dengan tata kelola yang baik" ujar Agus.
Di samping itu segi kuantitas mempunyai program 1000 klinik agar pelayanan kesehatan semakin merata terutama untuk daerah terpencil tertinggal dan terluar. MPKU melakukan pengembangan sumber daya manusia secara kompetensi dan Islami untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Yang menjadi kendala, lanjutnya, untuk daerah yang jauh seperti Papua NTB karena itu untuk mendorong dokter spesialis untuk mau praktek ke daerah yang jauh dan terpencil tidak mudah." Untuk itu RS Muhammadiyah dan Fakultas Kedokteran milik Muhammadiyah memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran agar mereka mau bekerja di RS Muhammadiyah dan di daerah yang jauh," tuturnya.