REPUBLIKA.CO.ID, Kawanan gajah liar mengamuk dan meresahkan warga dusun Sumber Waras, desa Sei Serdang, Batang Serangan, Langkat, Sumut, beberapa malam lalu. Warga bingung karena biasanya, kawanan satwa yang kerap melewati kampung mereka itu tak pernah begitu sebelumnya.
Lima bangunan warga dilaporkan rusak. Sembilan pohon kelapa, delapan pohon sawit serta satu pohon nangka juga roboh akibat ulah kawanan gajah itu. Satwa dilindungi ini diperkirakan berjumlah tujuh hingga 12 ekor, yang terdiri dari dua jantan besar dan beberapa induk serta anak-anak.
Tak ingin warganya terus resah, Kepala Dusun Sumber Waras akhirnya melaporkan kejadian ini kepada petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut. Tim yang menerima laporan itu langsung turun ke lapangan. Mereka lalu menemukan bangkai seekor bayi gajah di dalam lubang yang diduga bekas tunggul kayu, Sabtu (21/10) siang. Satwa malang ini diduga terperosok ke dalam lubang dan tidak bisa keluar lagi.
"Baru kali ini gajah mengamuk. Ternyata menginformasikan adanya kemalangan pada kelompok hewan mamalia tersebut," kata Kabag Tata Usaha BBKSDA Sumut, Tri Atmojo, Rabu (25/10).
Tri mengatakan, dusun Sumber Waras berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Jarak dusun yang dihuni 20 kepala keluarga itu dengan TNGL sekitar 1 Km.
Kawasan itu, lanjut Tri, merupakan daerah dengan tutupan lahan sangat baik. Kawanan gajah kerap melewati areal itu sekitar tiga bulan sekali. Masyarakat sudah terbiasa dengan kehadiran mereka sehingga tidak pernah dilaporkan terjadi konflik antara satwa dan manusia di sana.
Petugas pun tidak menemukan tanda-tanda mencurigakan pada bangkai gajah, seperti racun, perangkap maupun hal membahayakan lain. Kondisi di sekitar bangkai bayi gajah juga diketahui bersih dari rumput atau semak belukar. Namun, sayangnya, bangkai bayi gajah malang itu tidak bisa dievakuasi dari dalam lubang. Kawanan gajah masih berada di sekitar lokasi saat bangkai ditemukan.
"Kondisi tidak memungkinkan untuk mengevakuasi bangkai gajah mengingat kawanan hewan mamalia tersebut masih berada di sekitar bangkai dengan radius 200 meter. Maka tim mengurungkan untuk proses pemakaman," ujar Tri.
Tim pun kembali ke lokasi keesokan harinya. Namun, kawanan gajah masih ada dan membuat suara gaduh karena terganggu. Lagi-lagi, tim yang berusaha memindahkan bangkai gajah ke lubang baru tidak berhasil. Begitu juga dengan upaya memeriksa jenis kelamin bayi gajah itu.
"Kondisi bangkai bayi gajah terperosok setengah badan dengan keadaan keempat kaki berada di dalam tanah, hanya bagian punggung dan kepala saja yang tersisa. Jadi, tim mengubur di lokasi tersebut dengan cara menimbun menggunakan tanah," kata Tri.