REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara Wilayah Nusa Tenggara Barat terus memperbesar penggunaan listrik yang dihasilkan dari energi baru terbarukan salah satunya matahari.
"Untuk saat ini pemanfaatan listrik yang dihasilkan dari Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya lima persen dari total daya terpasang sebesar 294 megawatt," kata Hubungan Masyarakat (Humas) PT PLN Wilayah NTB Rachmawan Primadya, di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan pemanfaatan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dalam rangka mendukung program pemerintah terkait pemanfaatan listrik yang dihasilkan dari EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025. PLN Wilayah NTB akan membeli listrik tenaga surya dari IPP atau swasta yang membangun PLTS tersebar berkapasitas 20 MW yang tersebar di empat lokasi di Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Satu unit PLTS di masing-masing lokasi berkapasitas lima MW.
Menurut pria yang akrab disapa Prima ini, pembangunan PLTS tersebut dimulai pada tahun 2017 dan akan dilakukan secara bertahap karena menyesuaikan dengan kebutuhan.
"Pembangunan PLTS tersebut harus melalui tender kontrak di Jakarta. Kami belum tahu pasti sudah sejauh mana prosesnya," ujarnya.
Energi listrik dari matahari, kata dia, juga dalam rangka mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebagai destinasi wisata yang dikembangkan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dengan konsep eco tourism.
PT ITDC (Persero) bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) membentuk perusahaan patungan (joint venture company) untuk membangun PLTS. ITDC sudah menyiapkan lahan seluas 40-60 hektare yang akan menjadi lokasi pembangunan PLTS. Perusahaan patungan itu selanjutnya akan bekerja sama dengan PLN sebagai pembeli sekaligus menyalurkan listrik dari PLTS dengan skema pembelian.
"Kalau PLTS sudah terbangun, ITDC tidak boleh menjual langsung listriknya, tapi harus melalui kerja sama dengan PLN," katanya.