REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Provinsi Sulawesi Tengah sejak 1984 sudah swasembadah beras. Rencananya daerah ini akan kembali mengirim 3.000 ton ke Sulawesi Utara.
Kepala Divisi Regional Perum Bulog Sulteng, Khosim di Palu, Kamis (26/10) mengatakan sebelumnya mengirim beras ke Sulut sebanyak 2.000 ton. "Kami kembali mendapat perintah dari Bulog Pusat untuk mengirim beras ke Sulteng sebanyak 3.000 ton," kata dia.
Dengan demikian, selama 2017 ini, Sulteng menopang kebutuhan pangan, khususnya beras masyarakat di Provinsi "nyiur melambai" itu mencapai 5.000 ton. Khosim menjelaskan beras sebanyak tersebut, semuanya merupakan hasil dari pengadaan lokal.
Beras yang ada di gudang Bulog saat ini, semuanya beras hasil panen petani tersebar di sejumlah sentra produksi beras di kabupaten/kota di Provinsi Sulteng. Ia mengaku pada 2017 ini, Bulog Sulteng ditargetkan mandiri dalam hal pengadaan beras untuk memenuhi kebutuhan stok nasional. Stok nasional itu antara lain diperuntukan bagi penyaluran rastra beras untuk warga sejahtera (dahulu raskin/beras untuk warga miskin).
Keberhasil mengirim beras ke provinsi lainnya, menurut Khosim karena realisasi penyerapan beras petani di Sulteng cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hingga kini, kata dia, Bulog Sulteng sudah merealisasi pembelian beras petani sekitar 36 ribu ton dari target atau prognosa yang ditetapkan Perum Bulog Pusat sebanyak 42.160 ton.
Sementara kebutuhan penyaluran setiap tahunnya di Sulteng sekitar 32.000 ton. "Itu sebabnya, Bulog Sulteng bisa mengirimkan beras kepada Bulog Sulut yang selama ini masih membutuhkan pasokan beras dari luar," katanya.
Kebetulan, Sulut bertetangga langsung dengan Sulteng. Makanya untuk kebutuhan beras masyarakat Sulut dipasok oleh Bulog Sulteng yang pada tahun ini sudah mandiri dalam pengadaan beras stok nasional. Bahkan, dia mengatakan, ke depan Bulog Sulteng kemungkinan besar mengirim beras ke daerah lain seperti Maluku yang sampai sekarang ini juga masih defisit stok beras.