Kamis 26 Oct 2017 14:32 WIB

Perayaan Galungan Dikondisikan Terkait Gunung Agung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah wanita menjunjung sesaji saat Hari Raya Galungan di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali, Rabu (5/4). H
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Sejumlah wanita menjunjung sesaji saat Hari Raya Galungan di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali, Rabu (5/4). H

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Umat Hindu Bali tak lama lagi akan merayakan Hari Suci Galungan pada Buda Kliwon Dungulan 1 November 2017 dan Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, 11 November 2017. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Sudiana mengimbau masyarakat untuk mengondisikan perayaan dan upacara keagamaan tahun ini secara sederhana menyusul status Gunung Agung yang masih awas atau level empat.

"Kami menyampaikan kepada seluruh umat Hindu supaya tetap mematuhi arahan pemerintah untuk tidak berada di kawasan rawan bencana (KRB). Ini demi keselamatan kita semua," kata Sudiana, Kamis (26/10).

Kondisi tanggap bencana erupsi Gunung Agung menyebabkan warga Karangasem di desa-desa yang masuk KRB mengungsi ke sejumlah titik. Mereka tidak bisa merayakan Galungan dan Kuningan di tempat masing-masing.

Sudiana mengatakan PHDI mengimbau warga Karangasem di pengungsian untuk mengondisikan perayaan hari raya besar keagamaan sesuai sarana dan kemampuan. Persembahyangan untuk pemujaan leluhur bisa dilakukan di Pura Kawitan terdekat, atau Pura Tri Kahyangan Desa Pekraman setempat. Masyarakat bisa juga mendirikan tempat pengayat atau sanggah surya di pengungsian dengan berkoordinasi dengan prajuru desa adat.

Pandita dan pinandita yang memimpin persembahyangan diminta berkoordinasi dengan prajuru desa adat di lokasi. Bupati dan wali kota di masing-masing daerah juga diminta membantu memfasilitasi hal-hal yang dibutuhkan warga untuk persembahyangan Galungan dan Kuningan.

"Kami juga mengimbau umat sedharma di Bali supaya perayaan Galungan dan Kuningan tahun ini disertai doa bagi keselamatan kita semua, baik manusia maupun alam, sehubungan dengan tanggap bencana erupsi Gunung Agung yang masih berlangsung," kata Sudiana.

Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan hingga Kamis (26/10) pukul 12.00 WITA, gempa tremor nonharmonik terjadi satu kali di Gunung Agung. Berikutnya gempa vulkanik dangkal 17 kali, gempa vulkanik dalam 20 kali, gempa tektonik lokal satu kali, dan gempa tektonik jauh satu kali.

Jumlah pengungsi terakhir yang tercatat mencapai 133.468 orang. Mereka tersebar di 387 titik pengungsian.

Kepala Submitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan pihak terkait rencananya akan mengevaluasi status Gunung Agung di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/10) sore. Evaluasi dilakukan dengan memerhatikan seluruh parameter yang ada, mulai dari alat, potensi gempa, deformasi, hingga aspek visual.

"Hasil akhir ini yang akan dievaluasi apakah status Gunung Agung tetap di level awas atau turun ke siaga," ujarnya.

Penurunan status Gunung Agung ke siaga, menurut Devy bukan berarti gunung suci umat Hindu Bali itu normal seperti semula. Penurunan status hanya sebatas penetapan kawasan zona merah yang tadinya sembilan menjadi enam kilometer. Potensi erupsi belum hilang sama sekali.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement