REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan keengganannya berkarier di dunia politik usai pensiun dari jabatan Kapolri nantinya. Tito justru lebih berminat untuk berkarier di bidang pendidikan. Terlebih, Tito telah menyandang status guru besar kajian Kontra Terorisme.
"Ini siap-siap kalau sudah pensiun, karena saya suka di bidang pendidikan tidak perlu lari ke sana kemari saya bisa jadi pengajar," ujar Tito usai dikukuhkan menjadi guru besar di PTIK, Jakarta, Kamis (26/10).
Tito mengaku terobsesi untuk menjafi pengajar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Namun, mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) lebih ingin menjadi seorang pengajar di luar negeri. "Jadi peneliti di luar negeri karena supaya saya punya jangkauan global tidak hanya sekadar jangakauan dalam negeri saja," kata dia.
Ditanya mengenai ketertarikan di dunia politik, Tito mengaku hingga saat ini belum tertarik. Menurut Tito, atmosfer dunia politik tidak nyaman bagi dirinya. "Dunia politik dunia yang banyak sikut-sikutan dunia yang sangat ribut belum lagi kalau di birokrasi gajinya tidak jelas segala macam potensi kita untuk korupsi juga tinggi," kata dia.
Tito mengungkapkan, hidup ini baginya adalah pengabdian. Menjadi pejabat menurut dia tujuan utamanya adalah mengabdi untuk kepentingan rakyat. Untuk itu, mengakhiri jabatannya sebagai orang nomor satu di kepolisian Republik Indonesia, dunia pendidikan dinilainya nyaman.
"Kalau di pendidikan suasana lebih tenang kita bisa atur ritme sendiri kalau hobi di pendidikan ya otomatis akan tersalurkan semangat untuk mengajarnya, sharing, meneliti," kata Tito.
Berkaitan dengan pengangkatan dirinya sebagian guru besar di kajian anti terorisme, Tito mengaku hal tersebut linear dengan cita-citanya. Sebagai praktisi dan akademisi, Tito menilai pengalamannya dapat berguna di dunia pendidikan. "Saya pikir saya memiliki pengalaman pengetahuan sistematis dari keakademisian tapi memiliki pengetahuan di bisang empirik itu berdasarkan pengalaman," ujar dia.