REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tren kegempaan Gunung Agung semakin menurun sejak statusnya dinaikkan menjadi status awas pada 22 September lalu. Namun, Sutopo mengatakan potensi letusan Gunung Agung masih tetap ada.
"Kita liat (sejak (22/9) trendnya semakin menurun, bahkan sejak 19 Oktober kemaren terjadi penurunan kegempaan," katanya pada konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis (26/10).
Sutopo menjelaskan, pola pergerakan Gunung Agung mendekati level waspada, namun sampai saat ini Gunung Agung belum meletus. "Sudah 34 hari status awas diberlakukan, sampai saat ini gunung agung belum meletus," ujarnya.
Namun Sutopo tidak menapik bahwa masih ada potensi terjadinya letusan Gunung Agung. "Potensinya (meletus) masih ada, karna memang kita melihat dari satelit, rekahan-rekahannya masih ada. Bahkan dibagian tengah juga muncul rekahan," jelasnya.
Ia manambahkan, aktivitas magma Gunung Agung terus meningkat. Hal tersebut didasarkan atas pantauan masyarakat sekitar yang nekat naik ke Gunung Agung. Dan BNPB memberi peringatan bahwa aktivitad magma berada sekitar 4 kilo meter dari kawah gunung.
"Kalau itu erupsi, erupsinya tidak sebesar tahun 1993," ucapnya.
Untuk saat ini, penanganan pengungsi masih ditetapkan, karena masih ada potensi meletusnya Gunung Agung. Tercatat dari sensus penduduk tahun 2010, sekitar 185.865 penduduk masih tinggal di radius berbahaya. Dan 134.500 jiwa pengungsi berada di 390 titik tersebar di sembilan kabupaten.
Ia juga menambahkan, kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh status awas dari Gunung Agung sekitar 1,5 sampai 2 triliun rupiah.