REPUBLIKA.CO.ID, KOTA TONDANO -- Kementerian Sosial (Kemensos) menginisiasi berdirinya relawan kemanusiaan Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk menanggulangi bencana sejak 2004 lalu. Pasalnya, sekitar 323 kabupaten/kota berpotensi tinggi rawan mengalami bencana alam.
"Indeks risiko bencana Indonesia mencatat ada 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat pada kegiatan "Jambore dan Bakti Sosial Tagana 2017" di Kota Tondano, Sulawesi Utara, Kamis (26/10).
Tercatat sepanjang 2017 setidaknya ada 2.171 kejadian bencana di Indonesia. Berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 567 jiwa, 489 jiwa luka-luka, 2.770.814 mengungsi, dan 23.628 unit rumah rusak ringan, serta 5.750 unit rusak berat.
Kondisi rawan bencana ini, kata Harry, telah mendorong paradigma pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat, menempatkan masyarakat selain sebagai obyek, juga sebagai subyek penanggulangan bencana. Mereka adalah yang pertama dan utama dalam penanggulangan bencana sebelum bantuan dari luar datang. Latar belakang inilah yang membuat Kemensos menginisiasi berdirinya relawan kemanusiaan Tagana pada 24 Maret 2004 lalu.
"Tagana yang telah memberikan kiprah nyata dal penanggulangan bencana selama ini. Saya bangga berdiri di depan kurang lebih 1.500 personel Tagana yang hadir di Kota Tondano ini," ujarnya.
Harry menyebutkan jumlah relawan Tagana saat ini sebanyak 35.054 personel. Mereka tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai suku, budaya, agama yang semuanya satu komando, satu aturan, dan satu kesatuan untuk penanggulangan bencana.