REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Departemen Luar Negeri Australia (DFAT) mengatakan pertama kali mengetahui tentang surat dari Korea Utara "yang belum pernah terjadi sebelumnya" kepada Australia saat surat itu dimuat di sebuah koran pekan lalu.
Dalam "surat terbuka" yang dikirim ke Parlemen di seluruh dunia, Australia diperingatkan untuk menjauhkan diri dari Amerika Serikat.
Korespondensi, dari Komite Luar Negeri untuk Majelis Tinggi Rakyat Korea Utara, itu menggambarkan Pyongyang sebagai satu-satunya kekuatan nuklir yang telah matang dan mengatakan bahwa upaya Amerika Serikat untuk menghancurkan mereka akan menjadi kesalahan perhitungan yang besar dan bisa menyebabkan sebuah "bencana nuklir yang mengerikan" .
"Trump mengancam untuk benar-benar menghancurkan DPRK (Korea Utara), sebuah negara merdeka dan berdaulat yang independen dan memiliki kekuatan nuklir," demikian tulis dokumen tersebut.
"Ini adalah tindakan ekstrem yang mengancam untuk benar-benar menghancurkan seluruh dunia."
Surat, yang diterima pada 3 Oktober oleh Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, itu dikirim melalui Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta, tanpa sepengetahuan kedutaan Australia di sana. Pada sidang audiensi Senat, pejabat senior DFAT mengonfirmasi bahwa mereka tidak mengetahui korespondensi itu hingga disampaikan ke media oleh Menlu Bishop.
Korut Kirim Surat 'Peringatan' ke Australia dari Indonesia
Korut Desak Australia Jauhi Pemerintahan Trump
"Begitu kami menemukan surat itu, kami mengambil langkah untuk mengetahui dari mana asalnya dan bagaimana, dan kami berbicara ke kedutaan kami di Jakarta dan juga kantor Menteri Luar Negeri," kata pejabat DFAT, Graham Fletcher, kepada Senat.
Di bawah interogasi dari politisi Partai Buruh Penny Wong, kepala divisi Asia Utara DFAT itu mengatakan bahwa ia tidak tahu mengapa departemennya tidak diberitahu.
"Saya tidak tahu, biasanya hal itu akan disampaikan, saya rasa pastilah ada pengawasan untuk hal itu," kata Fletcher.
Pekan lalu Menlu Bishop mengungkapkan adanya surat tersebut, yang digambarkan sebagai perkembangan "positif".
"Saya melihatnya sebagai bukti bahwa strategi kolektif untuk memberlakukan tekanan diplomatik dan ekonomi maksimum melalui sanksi terhadap Korea Utara tengah bekerja," kata Menlu Bishop.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.