REPUBLIKA.CO.ID, Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Auf ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman ibn Auf di surga, Sa’ad ibn Abi Waqqash di surga, Sa’id ibn Zaid di surga, dan Abu Ubaidah di surga. (HR. al-Tirmidzi dan Ahmad). Merekalah sepuluh orang terpilih sebagai penghuni surga.
Namun ada banyak dari mereka yang menghuni surga tanpa hisab selain kesepuluh orang tersebut. Di antaranya adalah mereka yang mengikuti Baiat Hudaibiyyah yang berjumlah 1.400 orang. Jabir ibn Abdullah berkata, “Kami berjumlah 1.400 orang (HR. Al-Bukhari).
Dikutip dari buku yang berjudul “Para Penggenggam Surga” karya Syaikh Muhammad Ahmad Isa, ada yang menyatakan mereka berjumlah 300 orang. Pendapat lain menyatakan 500 orang. Mereka semua terus berada dalam jalan kebenaran dan istiqamah hingga meninggal dunia.
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)". (QS. Al-Fath (48): 18).
Ayat tersebut merupakan pernyataan keridhaan Allah terhadap para sahabat Rasul-Nya, terutama yang ikut serta dalam Peristiwa Hudaibiyyah. Mereka yang telah mendapatkan ridha-Nya tidak mungkin meninggal dalam keadaan kafir, sebab Allah tidak akan memberikan ridha-Nya, kecuali kepada mereka yang Dia ketahui meninggalnya dalam keadaan memeluk Islam. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda, “Dengan izin Allah, tidak seorang pun dari para sahabat yang berbaiat di bawah pohon akan masuk neraka.” (HR. Muslim).
Disebutkan pula dalam dua kitab Shahih (Al-Bukhari dan Muslim) sebuah riwayat dari Abi Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada 70 ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa dihisab terlebih dahulu, wajah mereka bak purnama penuh.”
Ukasyah ibn Mahsan Al-Asadi meminta bagian dari jumlah tersebut dan beliau bersabda, “Ya Allah, jadikanlah dia di antara mereka.” Dan seorang Anshar berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, doakan aku agar menjadi salah seorang dari mereka.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Ukasyah sudah mendahuluimu.”
Ukasyah ibn Muhsan kemudian syahid di tangan Thulaihah Al-Asadi. Namun Thulaihah bertobat kepada Allah dan menghadap Abu Bakar dengan menyatakan keislamannya.
Dalam Shahihaini (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim) disebutkan sebuah hadis yang bersumber dari Amr Al-Syabi yang meriwayatkannya dari Masruq dari Aisyah ra hadis ini berkaitan dengan isyarat dan kabar yang diberikan Rasulullah SAW kepada Fathimah ra (putri Beliau SAW) bahwa pada tahun tersebut Jibril as datang untuk mengulang hafalan Alquran sebanyak dua kali. Padahal, sebelumnya hanya sekali dalam setahun.
“Pada tahun ini Jibril dua kali datang. Dan aku melihat hal tersebut sebagai pertanda ajalku semakin dekat,” demikian ujar Rasulullah SAW kepada putrinya. Kabar itu membuat putrinya menangis. Kemudian beliau mengisyaratkan dan mengabarkan bahwa Fatimah adalah pemimpin wanita penghuni surga serta anggota keluarga pertama yang akan menyusulnya; dan demikianlah yang terjadi.
Imam Al-Baihaqi menyatakan, bahwa para ulama berbeda pendapat tentang masa hidup Fatimah setelah Rasulullah SAW wafat. Ada pendapat yang mengatakan 2 bulan, 3 bulan, 1 tahun, dan 8 tahun. Akan tetapi, riwayat paling benar adalah bersumber dari Al-Zuhri dari Urwah yang menyatakan Aisyah ra berkata, “Fatimah hanya hidup selama 6 bulan setelah Rasulullah SAW wafat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Anas ra Rasulullah SAW bersabda, “Bersediakah kalian aku kabarkan tentang para pria penghuni surga di antara kalian?”
“Kami bersedia, wahai Rasulullah,” jawab kami.
Rasulullah berkata, “Nabi berada di surga dan demikian pula dengan Al-Shiddiq. Seorang pria yang mendatangi saudaranya di penjuru kota karena Allah semata, berada di surga. Bersediakah kalian aku kabarkan tentang para wanita penghuni surga di antara kalian?”
“Kami bersedia, wahai Rasulullah,” jawab kami.
Nabi berkata, “Seluruh istri yang baik dan solehah jika mendapat marah, perlakuan buruk, atau murka suaminya berada di surga.”
Mendengar hal tersebut Aisyah berkata, “Kuserahkan diriku kepadamu sepenuhnya dan aku tidak akan bercelak sampai engkau ridha.” (Al-Thabrani).