REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Niujie, satu dari sekian peninggalan yang menyimpan banyak hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Islam di Cina. Sejak abad ke-7, pada pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M) hingga kini, sedikitnya sudah ada 40 ribu masjid.
Sumber lain menuliskan, ada 68 ribu masjid yang tersebar di sejumlah wilayah di Cina, yang jumlah penduduk Muslimnya lebih dari 100 juta orang. Ini adalah salah satu bukti, betapa kuat pengaruh Islam di Cina.
Pendirian masjid tidak hanya memiliki makna tersendiri bagi syiar Islam, melainkan pula sebagai monumen tanda diterimanya Islam oleh pihak pemerintah yang sedang berkuasa.
Pada akhir masa Dinasti Tang dan permulaan Dinasti song (960-1279), muncul nama lain dari masjid, seperti "li tang" (dewan pertemuan) "li baitang" (dewan shalat) "si tang" (tempat ibadah) dan "ching cheng si" (tempat ibadah yang suci dan benar).
Keberadaan masjid dalam sejarah Muslim Cina memiliki banyak fungsi. Kehadirannya bukan sekadar tempat untuk shalat, melainkan juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan ekonomi.
Peran ekonomi, antaralain, tampak dari Masjid Chignjing di Kota Chiuanchu atau Kota Zaitun.