Jumat 27 Oct 2017 17:30 WIB

Tiga Masjid Bersejarah di Afghanistan

Salah satu masjid di Kabul, Afganistan.
Foto: Setkab
Salah satu masjid di Kabul, Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islam di Afghanistan memiliki sejarah yang panjang. Banyak sumber menyebut, Islam masuk di wilayah yang sekarang masih dilanda perang itu sejak masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Sebagian sumber yang lain mengungkapkan, Islam masuk ke negara yang beribukotakan Kabul itu pada abad ke-7 M ketika Dinasti Umayyah menumbangkan kekuasaan Dinasti Sassanid, Persia, yang bercokol lama di Afghanistan.

Saat ini, Islam menjadi agama resmi yang dianut oleh 99,7 persen penduduk di sana. Kehadiran Islam di negara ini mewariskan sejarah berikut peninggalan-peninggalan yang masih bisa ditelusuri saat ini. Bukti paling nyata adalah keberadaan masjid-masjid kuno yang bertahan dan menjadi bukti sekaligus warisan dunia yang berharga. Berikut ini di antara masjid-masjid yang bersejarah itu:

Jami' Herat

Masjid yang berlokasi di Kota Heart, Afghanistan, ini dibangun pada 1200 M oleh Sultan Ghayas ud din Ghori, pendiri Dinasti Ghurid. Masjid ini dikelola oleh berbagai rezim yang pernah menguasai Heart, seperti Timurid, Safavid, dan Mughal. Meski bukan masjid yang paling besar dan luas, bangunan ini menjadi saksi bisu eksistensi Islam di Herat.

Masjid Biru

Tak hanya di Turki, Afghanistan juga memiliki masjid yang terkenal dengan sebutan Masjid Biru. Masjid yang berlokasi di Mazar I Sharif, Afghanistan, ini dibangun pada masa Sultan Ahmad Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Masjid pernah rusak parah ketika agresi Genghis Khan ke wilayah ini pada sekitar 1220 M.

Pada abad ke-15 M, Sultan Husayin Mirza Bayqarah kembali merenovasinya dengan arsitektur yang menawan dan khas warna biru. Sejumlah tokoh dimakamkan di kompleks masjid ini, salah satunya Ali bin Abi Thalib RA. Selain di sini, makamnya juga diklaim berada di kawasan Najf, Irak.  

Pulkishti

Masjid ini merupakan masjid terbesar yang terletak di pusat Kota Kabul. Masjid ini konon pembangunannya dilakukan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW, Abdurrahman bin Samrah, pada 41 H ketika melakukan penyerangan terhadap Dinasti Sassanid.

Pada 1960, masjid ini direnovasi oleh Raja Muhammad Zhahir Syah. Akibat perang yang melanda Afghanistan, masjid ini mengalami sejumlah kerusakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement