REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa kejanggalan muncul dari pengakuan para korban ledakan pabrik petasan di Kompleks Pergudangan 99, Jalan Salembaran Jaya, Desa Cengklong, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang. Kepala Desa Batulayang, Cililin, Bandung Barat, Beben, mengatakan sebanyak 12 warganya yang menjadi korban umumnya mengaku bekerja di pabrik stiker bukan pabrik petasan.
Beben baru tahu warganya bekerja di pabrik petasan setelah terjadi ledakan. "Saya tahunya kerja di pabrik stiker," kata Beben beberapa kali kepada wartawan di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (27/10).
Menurut Beben, 12 warga yang menjadi korban diam-diam bekerja di pabrik itu. Anak angkatnya, Darwin Pratama, merupakan salah satu yang bekerja di pabrik petasan dan mengaku bekerja di pabrik stiker.
Kenyataan sebenarnya baru terungkap ketika ledakan terjadi. Saat itu, Darwin menelpon dari lokasi ledakan sekitar pukul 11.00 WIB. Ia mengabarkan telah terjadi ledakan di pabrik tempat ia bekerja.
Beben terkejut, sebab setahu dia Darwin bekerja di pabrik stiker. "Saya tanya, itu pabrik apa? Bukannya pabrik stiker. Dia bilang bukan, pabrik petasan," ujarnya.
Menurut dia, pabrik itu sempat mempekerjakan banyak perempuan. Dari 12 warganya yang menjadi korban ledakan, ada seorang perempuan yaitu Ade Rosita alias Adel yang hingga kini belum ditemukan.
Pabrik petasan Kosambi juga mempekerjakan anak di bawah umur. Dari 12 warga yang menjadi korban, sebagian masih SMP atau baru lulus SMP.
Menurut Beben, lokasi yang meledak sebenarnya adalah gudang petasan. Namun, sebelum terjadi insiden maut itu, gudang itu juga dipakai untuk tempat produksi.