REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta Taruna Siaga Bencana (Tagana) terlibat aktif dalam upaya merajut persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut dia, keberagaman serta perbedaan yang ada harus dijaga dan dihormati karena merupakan kekayaan berharga bagi bangsa Indonesia
Kegiatan Jambore dan Bhakti Sosial Taruna Siaga Bencana Tahun 2017 yang dipusatkan di Kota Tomohon dan Tondano, Sulawesi Utara (Sulut) tersebut dihadiri sekitar 1.400 peserta dari 33 provinsi serta dari empat negara ASEAN, yaitu Filipina, Malaysia, Kamboja, dan Jepang, berlangsung mulai tanggal 23-27 Oktober.
"Bukan hal yang mudah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mengingat besarnya wilayah dan penduduk Indonesia ditambah beragamanya budaya dan suku. Mari kita syukuri anugerah yang maha kuasa ini," kata Khofifah dalam sambutannya di acara Jambore dan Bhakti Sosial Tagana yang dibacakan Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat di Tondano dalam keterangan diterima Republika.co.id, Jumat (27/10).
Khofifah mengatakan, tantangan Indonesia saat ini adalah persoalan kemajemukan bangsa yang harus dijaga dan dikelola sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Keberagaman yang ada di Indonesia, menurut dia, berpotensi menimbulkan berbagai gesekan dan konflik di tengah masyarakat. Baik konflik akibat politik, ekonomi, suku, agama, ras, dan perbedaan pendapat.
Oleh karena itu, kata dia, Tagana harus menjadi perekat keberagaman sehingga tumbuh suasana harmoni saling menghargai dan memahami bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat. Selain tugas pokok Tagana sebagai relawan penanggulangan bencana.
"Jadi sebetulnya Tagana ini punya tugas sekaligus makna yang luas tidak hanya menangani bencana alam, namun juga punya kemampuan deteksi dini terhadap bencana sosial. Kiprah nyata dan eksistensi Tagana pun sudah diakui di seluruh Indonesia," imbuhnya.
Sepanjang 2016, terdapat 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan setidaknya ada 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 567 jiwa, 489 jiwa luka-luka. 2.770.814 mengungsi dan 23.628 unit rumah rusak ringan dan 5.750 unit rusak berat.
"Data tersebut membuktikan bahwa wilayah Republik Indonesia sangat rawan bencana. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Butuh peran aktif dari masyarakat selain pemerintah tentunya," ujarnya.