Sabtu 28 Oct 2017 04:00 WIB

Jangan Lupa Jasa

Gelandangan dan pengemis.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gelandangan dan pengemis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Hasan Basri Tanjung

Dikisahkan oleh Nabi SAW, dahulu ada tiga orang Bani Israil yang hidup kesusahan. Orang pertama menderita kusta, orang kedua botak, dan orang ketiga buta. Allah SWT mengutus malaikat untuk menguji mereka. Orang pertama ditanya keinginannya, ia menjawab, “Aku ingin sembuh dari kudis ini”. Malaikat itu mengusap dan seizin Allah kulitnya pun sembuh. Ditanya lagi, “Harta apa yang engkau inginkan?”

“Unta” jawabnya.

Kemudian malaikat itu menemui orang kedua dengan pertanyaan yang sama. Orang itu minta agar rambutnya tumbuh kembali. Malaikat mengusap kepalanya dan memberi seekor sapi. Begitu juga orang ketiga, mohon agar matanya bisa melihat lagi. Malaikat pun mengusapnya dan memberi seekor kambing.

Waktu pun berlalu. Ketiga orang tersebut sudah kaya raya dan kekayaannya berlimpah ruah. Jika semula mereka direndahkan, kini menjadi orang terpandang. Lalu, apakah mereka masih ingat sejarah dan jasa orang yang pernah menolongnya? Suatu hari malaikat menjumpai orang pertama dengan kulit berkudis. Ia mengaku seorang musafir yang kehabisan bekal untuk melanjutkan perjalanan. Namun, orang pertama tak kasihan melihatnya dan bergegas pergi karena banyak urusan.

Malaikat itu mengingatkan, “Bukankah tuan dahulu seperti saya?” Orang itu menampik dan mengaku kekayaannya dari warisan keluarga. Sebelum pergi, malaikat berpesan, “Jika tuan berdusta, maka Allah akan mengembalikan seperti sediakala.”

Orang kedua pun didatanginya dengan kepala botak. Ternyata sikapnya sama saja dengan orang pertama. Ia tidak mengakui keadaannya dahulu dan harta pun dari warisan orang tua. Malaikat berpesan lagi, “Jika tuan berdusta, maka Allah akan mengembalikan seperti sediakala.”

Setelah itu, ia menemui orang ketiga sebagai orang buta. Ia disambut dengan ramah dan dipersilakan untuk mengambil bekal seberapa perlunya. Malaikat berkata kepadanya, “Jagalah kekayaanmu, sebenarnya kalian sedang diuji. Kau telah diridhai dan kedua temanmu dimurkai" (HR Bukhari Muslim). Kisah ini sarat makna, agar kita jangan melupakan jasa orang yang menghantar meraih kesuksesan. Ibarat kata pepatah, “Habis manis sepah dibuang”.

Tidak seorang pun bisa sukses tanpa dukungan orang di sekelilingnya. Allah SWT murka kepada Qarun karena mengaku kekayaannya sebagai hasill usaha sendiri (QS 28:76-78). Sungguh, melupakan jasa orang tua, guru, sahabat, atau orang baik lainnya adalah pertanda lupa kepada Allah SWT dan dirinya sendiri (QS 59:19, 14:34). Jangan lupa diri, walau segalanya sudah ada. Sebab, di hadapan Allah SWT manusia itu fakir (QS 35:15). Semua akan berakhir dengan kematian dan raihan akan ditinggalkan. Setiap amal akan ditampakkan dan ditanyakan (QS 62:8, 102:8). Karenanya, setinggi apapun pencapaian dan sebanyak apapun kekayaan, tetaplah rendah hati. Karena, keruntuhan selalu bermula dari keangkuhan (QS 31: 18-19). Allahu a’lam bish-shawab.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement