REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Dua ledakan mengguncang Kota Mogadishu, Ibu Kota Somalia pada Sabtu (28/10), dua pekan setelah bom membunuh lebih dari 350 orang di kota itu. Seperti dikutip dari BBC, ledakan pertama disebabkan oleh bom mobil yang ditabrakkan ke sebuah hotel. Militan kemudian masuk ke dalam gedung. Sementara ledakan kedua terjadi tak jauh dari bekas gedung parlemen. Jumlah korban jiwa belum diketahui.
Mayor Abdullahi Aden, seorang perwira polisi mengatakan pada Reuters bahwa bom mobil tersebut meledak di pintu gerbang hotel Nasahablod Two.
"Mereka bertempur di dalam. Sejauh ini kami tidak punya data jumlah korban," katanya. "Ini adalah hotel yang sibuk yang sering dikunjungi oleh anggota parlemen, prajurit (militer) dan warga sipil."
Seorang saksi Reuters mendengar ledakan keras dan asap naik dari tempat kejadian. Sirene ambulans bisa terdengar.
Tidak segera jelas siapa yang berada di balik serangan tersebut namun kelompok al Shabaab sering melakukan pemboman dan serangan senjata di negara Tanduk Afrika itu. Al Shabaab berjuang untuk menggulingkan pemerintahan Somalia yang didukung barat.
Serangan bom di Mogadishu bulan ini menewaskan setidaknya 358 orang.
Serangan bom tersebut menjadi peristiwa paling mematikan sejak gerilyawan mulai mengangkat senjata melawan pemerintah satu dasawarsa lalu.
Presiden Mohamed Abdullahi Famaajo menetapkan tiga hari masa berkabung nasional dan meminta warga menyumbangkan darah. Dia juga menyeru masyarakat membantu korban serangan tersebut.
Kepolisian mengatakan bahwa truk membawa bom meledak di depan hotel di perempatan K5, yang dekat dengan gugus gedung pemerintahan, restoran, dan kios. Ledakan itu meratakan sejumlah bangunan dan membuat puluhan kendaraan terbakar.
Dua jam kemudian, satu bom lain meledak di distrik Medina, kota sama.
Kepolisian dan petugas penyelamat berupaya mencari para korban di dalam timbunan reruntuhan gedung. Mereka berhasil mengangkat puluhan mayat, yang sudah tidak bisa dikenali identitasnya, pada malam sebelumnya.
Di sisi lain, ratusan orang mendatangi lokasi pengeboman untuk mencari anggota keluarga mereka yang hilang. Pihak kepolisian sendiri sudah membatasi area tersebut karena alasan keamanan.
Belum ada kelompok mengaku bertanggung jawab. Meski demikian, kelompok bersenjata Al Shabaab, yang berafiliasi dengan Al Qaeda, sering menggelar serangan di ibu kota dan daerah lain di Somalia.
Al Shabaab kini tengah bergerilya melawan pasukan pemerintah yang dibantu oleh tentara Uni Afrika dengan tujuan menggulingkan pemerintahan dan menerapkan aturan agama sesuai dengan interpretasi mereka.
Al Shabaab menguasai Mogadishu selama empat tahun antara 2007 hingga 2011. Mereka mundur saat mendapat serangan balasan dari pasukan perdamaian kiriman Uni Afrika, yang juga berhasil mengusir Al Shabaab dari daerah kekuasaan mereka.