REPUBLIKA.CO.ID, HONOLULU -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mendarat di Honolulu pada Sabtu (28/10) dalam perjalanan ke sekutu-sekutu diplomatik pulau itu di antara negara-negara Pasifik. Ia dijadwalkan berkunjung ke memorial Pearl Harbor, kendati Cina menyampaikan sangat keberatan terhadap lawatan tersebut.
Cina memandang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayah berdaulat. Cina berkali-kali menyebutnya isu yang sangat sensitif dan penting antara negara itu dan Amerika Serikat. Cina tidak meninggalkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mengendalikan pulau itu di bawah kendalinya.
Tsai, yang diyakini Cina mengusahakan kemerdekaan formal bagi Taiwan, bertolak pada Sabtu untuk lawatan sepekan ke tiga sekutunya di Pasifik, yakni Tuvalu, Kepulauan Solomon dan Kepulauan Marshal melalui Honolulu dan Guam, wilayah AS. Bagi Tsai, dia mengatakan ingin memelihara perdamaian dengan Cina tetapi akan mempertahankan keamanan dan demokrasi Taiwan.
Awal pekan ini, Departemen Luar Negeri AS mengatakan persinggahan Tsai melalui wilayah AS bersifat pribadi dan tak resmi dan berdasarkan praktik yang telah lama AS lakukan secara konsisten dengan hubungan tak resmi kami dengan Taiwan.
AS menyatakan tak ada perubahan dalam kebijakan satu Cina. AS mengakui pandangan Cina bahwa hanya ada satu-satunya Cina, dan Taiwan merupakan bagiannya.
Tsai, yang disertai rombongannya dan wartawan, pergi dengan sebuah perahu ke USS Arizona Memorial, tempat kapal induk itu tenggelam di Pearl Harbour dalam Perang Dunia Kedua.
Tercatat dalam sejarah pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang Kepulauan Hawaii dan menenggelamkan 20 kapal dan menghancurkan 164 pesawat. Atas serangan Jepang itu, Presiden AS kala itu, Franklin Roosevelt mengumumkan perang melawan Jepang.
Sebanyak 2.400 prajurit AS tewas dalam serangan di Pearl Harbour, 1.177 Prajurit di antaranya tewas di atas USS Arizona, ketika sebuah bom menghantam tempat penyimpanan amunisi kapal dan membakar kapal. Api di kapal tersebut baru padam setelah tiga hari berkobar.