REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arsitektur Persia juga terlihat dari banyaknya lengkungan setengah lingkaran yang terdapat di bagian depan Masjid Sultan Abu Bakar. Lengkungan-lengkungan setengah lingkaran atau Persian arch ini mengelilingi setiap masjid.
Lengkungan setengah lingkaran ini terlihat menawan ketika warna putih yang mendominasi seluruh bangunan dipadukan dengan warna gading. Dari paduan warna inilah, masjid menampilkan kesan ketenangan dan kedamaian.
Lengkungan setengah lingkaran ini juga menembus sampai ke dalam masjid yang fungsinya untuk melancarkan sirkulasi udara setiap saat tanpa bantuan eletrik. Sementara, arsitektur India Islam terlihat dari model bentuk kubah yang tidak menutupi bangunan.
Kubah Masjid Sultan Abu Bakar ini ditopang dengan menara setinggi kurang lebih 15 meter dengan bentuk menara khas desain Eropa Klasik. Kubah ini hanya sebagai tambahan hiasan bukan menjadi bagian utama untuk menutup keseluruhan badan masjid seperti pada masjid-masjid yang mengadopsi gaya masjid Timur Tengah.
Penutup badan Masjid Sultan Abu Bakar ini menggunakan penutup seperti pada rumah-rumah pada umumnya, yakni genteng.
Antara penutup dan kubah, warnanya diseragamkan dengan warna biru, kontras dengan warna putih yang mendominasi seluruh bangunan masjid.
Untuk dapat menuju ruang utama masjid, pengunjung mesti melewati lorong dengan atap tertutup. Penutup tersebut berfungsi melindungi pengujung dari sinar matahari atau guyuran air hujan ketika musim hujan.
Meski bukan ruangan utama masjid, fungsinya juga tak bisa dipandang sebelah mata. Selain sebagai pelindung dari dampak cuaca, penutup juga sekaligus penanda luasnya Masjid Sultan Abu Bakar ini.
Selain menjadi masjid terindah, Masjid Sultan Abu Bakar juga masuk dalam kategori masjid terbesar di negeri jiran itu dengan kapasitas sampai 2.000 jamaah secara bersamaan.
Malaysia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat perkembangan tercepat di dunia. Bangunan-bangunan mewah ini sekaligus menunjukkan taji dan kemakmuran dari negeri bekas jajahan Inggris ini.