REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Serangan di sebuah hotel di ibu kota Somalia berakhir pada Ahad (29/10) setelah 25 orang terbunuh dalam pengepungan hampir 12 jam itu, kata polisi. Polisi menggarisbawahi kemampuan pemberontak untuk melakukan serangan mematikan di jantung kota.
"Jumlah korban tewas meningkat menjadi 25 orang, termasuk polisi, penjaga hotel dan warga. Jumlah korban tewas mungkin meningkat. Kami menduga, beberapa petempur lain menyamar dan melarikan diri dengan penduduk yang diselamatkan," kata Mayor Polisi Mohamed Hussein kepada Reuters.
"Tiga petempur ditangkap hidup-hidup dan dua lagi meledakkan diri setelah ditembak," tambahnya.
Serangan itu dimulai sekitar pukul 17.00 pada Sabtu (28/10) dengan bom mobil. Kelompok bersenjata kemudian menyerbu gedung tersebut setelah bom itu menghancurkan pertahanannya. Pengepungan berakhir pada Ahad pagi.
Saksi melihat tujuh mayat terbaring di dalam hotel. Ledakan tersebut menghancurkan bagian depan hotel bertingkat tiga dan hotel di sebelah bangunan itu juga rusak. Banyak pejabat Somalia tinggal di hotel tersebut karena mereka menawarkan keamanan yang lebih baik dari serangan.
Kelompok al Shabaab mengklaim serangan tersebut pada Sabtu. Mereka ingin menggulingkan pemerintah yang lemah dan didukung Perserikatan Bangsa Bangsa dan menerapkan bentuk hukum Islam yang ketat.
Serangan bom di Mogadishu bulan ini menewaskan setidaknya 358 orang. Serangan bom tersebut menjadi peristiwa paling mematikan sejak gerilyawan mulai mengangkat senjata melawan pemerintah satu dasawarsa lalu.
Presiden Mohamed Abdullahi Famaajo menetapkan tiga hari masa berkabung nasional dan meminta warga menyumbangkan darah. Dia juga menyeru masyarakat membantu korban serangan tersebut.
Kepolisian mengatakan truk membawa bom meledak di depan hotel di perempatan K5, yang dekat dengan gugus gedung pemerintahan, restoran, dan kios. Ledakan itu meratakan sejumlah bangunan dan membuat puluhan kendaraan terbakar. Dua jam kemudian, satu bom lain meledak di distrik Medina, kota sama.
Kepolisian dan petugas penyelamat berupaya mencari para korban di dalam timbunan reruntuhan gedung. Mereka berhasil mengangkat puluhan mayat, yang sudah tidak bisa dikenali identitasnya, pada malam sebelumnya.
Di sisi lain, ratusan orang mendatangi lokasi pengeboman untuk mencari anggota keluarga mereka yang hilang. Pihak kepolisian sendiri sudah membatasi area tersebut karena alasan keamanan.
Belum ada kelompok mengaku bertanggung jawab. Meski demikian, kelompok bersenjata Al Shabaab, yang berafiliasi dengan Alqaidah sering menggelar serangan di ibu kota dan daerah lain di Somalia.
Al Shabaab kini tengah bergerilya melawan pasukan pemerintah yang dibantu oleh tentara Uni Afrika dengan tujuan menggulingkan pemerintahan dan menerapkan aturan agama sesuai dengan interpretasi mereka.
Al Shabaab menguasai Mogadishu selama empat tahun, 2007 hingga 2011. Mereka mundur saat mendapat serangan balasan dari pasukan perdamaian kiriman Uni Afrika, yang juga berhasil mengusir Al Shabaab dari daerah kekuasaan mereka.