Senin 30 Oct 2017 19:15 WIB

Pesan Luqman: Wahai Anakku Jauhilah Syirik

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu wejangannya yang paling terkenal adalah tentang menghindari syirik. Ya bunayya la tusyrik billah innas syirka lazhulmun azhim. Artinya: wahai anakku janganlah menyekutukan Allah, karena perbuatan itu adalah dosa besar.

Suatu ketika Luqman berkhutbah. Jamaah dari berbagai kalangan duduk mendengarkan ceramahnya. Tiba-tiba seorang pria mendatangai Luqman dan terheran-heran, bagaimana bisa Luqman berdiri di atas mimbar penuh kharisma dan mampu menasihati banyak orang, bukankah dia sehari-hari bekerja sebagai penggembala domba?

Pria itu kemudian bertanya, bagaimana caranya bisa berkhutbah penuh hikmah?

Luqman menjawab, katakan apa yang benar atau diam ketika tidak mengetahui permasalahan. Sikap seperti itu adalah perangai yang baik.

Lisan harus dijaga agar tidak berkata-kata kotor. Mulut harus dijaga dari makanan haram yang menjauhkan seorang hamba dari Allah dan juga menjaga kesucian. Jangan lupa memenuhi janji, karena janji adalah utang. Cara melunasinya adalah dengan memenuhinya.

Sikap amanah sebagaimana dicontohkan nabi harus dilaksanakan. Mereka yang diberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas harus bisa dipercaya (amanah) dalam bekerja. Jangan sampai mereka mengkhianati wewenangnya.

Tetangga dan orang-orang sekitar harus dihormati dan dibantu, karena mereka adalah kerabat yang paling dekat. Kesu lit an yang mereka alami harus diselesaikan bersama-sama.

Sikap-sikap seperti itu berasal dari nasihat Luqman. Bukan hanya untuk anaknya, tapi juga semua orang yang mengetahui tentang Luqman. Allah sengaja menjelaskan nasihat Luqman agar menjadi pelajaran bagi siapa pun.

Sahabat Abu Darda mengisahkan tentang Luqman. Allah tidak memberinya kebijaksanaan kepada Luqman karena kekayaan, anak-anak, garis keturunan, atau kebiasaan. Tetapi karena ilmu, mampu menahan diri, pendiam, berpikir panjang, dan tidak pernah tidur di siang hari.

Selain itu tidak ada yang pernah melihat Luqman meludah sembarangan, berdehem, meremas lemon, buang air sembarangan, mandi, mengamati hal sepele atau ter tawa terbahak-bahak. Dia dikenal pandai dan berpengalaman.

Luqman tidak menangis dan bersedih ketika semua anaknya meninggal. Bahkan sering kali dia dipanggil oleh pangeran atau pejabat untuk menengahi dan membantu mereka berpikir atau sekedar memberikan nasihat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement