REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu wejangannya yang paling terkenal adalah tentang menghindari syirik. Ya bunayya la tusyrik billah innas syirka lazhulmun azhim. Artinya: wahai anakku janganlah menyekutukan Allah, karena perbuatan itu adalah dosa besar.
Suatu ketika Luqman berkhutbah. Jamaah dari berbagai kalangan duduk mendengarkan ceramahnya. Tiba-tiba seorang pria mendatangai Luqman dan terheran-heran, bagaimana bisa Luqman berdiri di atas mimbar penuh kharisma dan mampu menasihati banyak orang, bukankah dia sehari-hari bekerja sebagai penggembala domba?
Pria itu kemudian bertanya, bagaimana caranya bisa berkhutbah penuh hikmah?
Luqman menjawab, katakan apa yang benar atau diam ketika tidak mengetahui permasalahan. Sikap seperti itu adalah perangai yang baik.
Lisan harus dijaga agar tidak berkata-kata kotor. Mulut harus dijaga dari makanan haram yang menjauhkan seorang hamba dari Allah dan juga menjaga kesucian. Jangan lupa memenuhi janji, karena janji adalah utang. Cara melunasinya adalah dengan memenuhinya.
Sikap amanah sebagaimana dicontohkan nabi harus dilaksanakan. Mereka yang diberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas harus bisa dipercaya (amanah) dalam bekerja. Jangan sampai mereka mengkhianati wewenangnya.
Tetangga dan orang-orang sekitar harus dihormati dan dibantu, karena mereka adalah kerabat yang paling dekat. Kesu lit an yang mereka alami harus diselesaikan bersama-sama.
Sikap-sikap seperti itu berasal dari nasihat Luqman. Bukan hanya untuk anaknya, tapi juga semua orang yang mengetahui tentang Luqman. Allah sengaja menjelaskan nasihat Luqman agar menjadi pelajaran bagi siapa pun.
Sahabat Abu Darda mengisahkan tentang Luqman. Allah tidak memberinya kebijaksanaan kepada Luqman karena kekayaan, anak-anak, garis keturunan, atau kebiasaan. Tetapi karena ilmu, mampu menahan diri, pendiam, berpikir panjang, dan tidak pernah tidur di siang hari.
Selain itu tidak ada yang pernah melihat Luqman meludah sembarangan, berdehem, meremas lemon, buang air sembarangan, mandi, mengamati hal sepele atau ter tawa terbahak-bahak. Dia dikenal pandai dan berpengalaman.
Luqman tidak menangis dan bersedih ketika semua anaknya meninggal. Bahkan sering kali dia dipanggil oleh pangeran atau pejabat untuk menengahi dan membantu mereka berpikir atau sekedar memberikan nasihat.