REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Ratusan ribu pendukung Spanyol memenuhi jalanan Barcelona, Ahad (29/10), dalam unjuk rasa terbesar mayoritas penduduk, yang terdiam saat menyaksikan pemimpin politik daerah itu mendorong kemerdekaan Katalan.
Partai politik penentang perpisahan Katalunya dari Spanyol sedikit memimpin dalam jajak pendapat.
Ini menjadi yang pertama sejak Madrid meminta pemilihan umum daerah untuk menyelesaikan kemelut politik terburuk di negara tersebut dalam empat dasawarsa. Jajak pendapat dan pemilihan umum baru-baru ini menunjukkan bahwa sekitar separuh pemilih di wilayah timur laut kaya tersebut, yang sudah otonom, menentang pemisahan diri dari Spanyol. Namun gerakan lantang kemerdekaan membawa krisis saat ini ke puncaknya.
Pemerintah pusat Spanyol mengadakan pemilihan setelah memecat Presiden Katalunya Carles Puigdemont, membubarkan parlemennya dan menolak pemerintahannya. Hal tersebut mengikuti deklarasi kemerdekaan sepihak dalam pemungutan suara yang diboikot tiga partai nasional.
Pemerintahan regional mengklaim pihaknya memiliki mandat untuk terus maju dengan independen setelah referendum tidak resmi pada 1 Oktober yang ilegal berdasarkan hukum Spanyol. Referendum ini sebagian besar diboikot oleh anggota serikat pekerja.
Sambil melambaikan ribuan bendera Spanyol dan menyanyikan "Viva Espana", para pengunjuk rasa pada Ahad tampil dalam dukungan terbesar untuk Spanyol bersatu sejak awal krisis, yang menggarisbawahi kedalaman perpecahan di Katalunya itu sendiri.
"Saya di sini untuk mempertahankan persatuan dan hukum Spanyol," kata Alfonso Machado, 55, seorang penjual yang berdiri dengan seorang gadis kecil dengan bendera Spanyol di rambutnya.