REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua terduga teroris yang tewas dalam kontak senjata Senin (30/10) kemarin diduga memiliki kaitan dengan kelompok teroris yang berbasis di Indonesia Timur. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menyebutkan, teroris ini berkaitan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin oleh Santoso.
Santoso sendiri diketahui telah tewas di tangan Densus 88 Antiteror. Kendati demikian, sisa-sisa kelompoknya disinyalir masih berpengaruh. "Walaupun Santoso sudah meninggal tapi masih ada sisa-sisa. Setahu saya kelompok Poso ada link dengan kelompok Bima," ungkap Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (31/10).
Muncul sejumlah spekulasi kelompok teroris di Bima ini berkaitan dengan gejolak kelompok ISIS di Marawi Filipina. Namun, Setyo menilai hal tersebut terlalu dini untuk disimpulkan. "Kalau dikatakan Bima jadi lokasi baru (ISIS Marawi, Red), saya belum bisa pastikan. Karena itu harus ada beberapa indikator, yang pasti Densus 88 Antiteror menyatakan empat orang ini berkaitan dengan MIT," jelas Setyo.
Dalam kontak senjata yang terjadi pada Senin (31/10) itu, empat orang terduga teroris terlibat. Mereka adalah Amir alias Dance, Yaman, Iqbal dan Nandar. Amir dan Yaman diketahui tewas di tangan Densus 88. Sedangkan dua lainnya, yakni Iqbal dan Nandar masih dalam pengejaran Densus 88.
Sedangkan, pada kelompok Santoso hingga kini masih terdapat tujuh orang yang menjadi daftar pencarian orang (DPO). Kelompok Santoso ditumpas dalam operasi Tinombala yang berlangsung sejak Januari 2017.