REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Facebook mengungkapkan akun-akun berbasis di Rusia mengunggah sekitar 80 ribu status di jejaring sosial tersebut selama periode duatahun. Hal itu dilakukan dalam upaya untuk mempengaruhi politik Amerika Serikat (AS). Sekitar 126 juta orang AS diyakini telah membaca unggahan tersebut.
Penasihat umum Facebook Colin Stretch mengatakan, ada 80 ribu post dari Badan Penelitian Internet Rusia yang hanya sebagian kecil dari konten di Facebook atau Sekitar satu banding 23 ribu unggahan. Namun postingan tersebut melanggar persyaratan layanan Facebook, dan sejumlah aktivitas semacam itu menggunakan terlalu banyak akun palsu.
"Tindakan ini bertentangan dengan misi Facebook untuk membangun komunitas dan semua ha lyang kita perjuangkan. Dan kami bertekad untuk melakukan semua yang kami bisa untuk mengatasi ancaman baru ini," katanya dalam pernyataan tertulis, menurut Telegraph, Selasa (31/10).
Data terbaru Facebook mengenai postingan terkait Rusia mungkin mencapai sekitar setengan dari populasi warga yang telah mempunyai hak pilih di AS. Angka ini jauh melebihi pengungkapan sebelumnya.
Postingan tersebut termasuk kesaksian tertulis yang diberikan kepada anggota parlemen AS dan dilihat oleh Reuters. Twitter secara terpisah telah menemukan sebanyak 2.752 akun yang terhubung dengan operator Rusia.
Hal itu diungkapkan oleh seorang sumber yang mengetahui kesaksian secara tertulis dari perusahaan tersebut. Itu melebihi perkiraan penghitungan yang dilaporkan Twitter pada September yang berjumlah 201 akun.
Sementara ituGoogle yang dimiliki oleh Alphabet Inc mengataakan dalam sebuah pernyataan padaSenin (30/10) waktu setempat bahwa pihaknya telah menemukan pengeluaran iklan seharga 4.700 dolar AS yang terkait dengan Rusia selama masa pemilihan umum di AS tahun 2016, dan membangun database iklan pemilihan.
Eksekutif Facebook,Google dan Twitter dijadwalkan untuk menghadiri undangan komiter kongres pekan ini.