REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah cinta Pingkan dan Sarwono teramat indah, tetapi juga membuat keduanya terjebak dalam gundah. Pingkan yang akan pergi jauh menempuh studi ke Jepang selama dua tahun membuat Sarwono gamang berpisah.
Belum lagi keluarga besar Pingkan yang mulai menyoroti perbedaan latar belakang etnis dan kepercayaan mereka. Pingkan adalah perempuan Nasrani berdarah Jawa-Manado, sementara Sarwono Muslim taat yang asli Solo.
Konflik romansa Pingkan dan Sarwono tertuang dalam film Hujan Bulan Juni. Film drama besutan Sinema Imaji dan Starvision yang tayang mulai 2 November 2017 itu diadaptasi dari novel berjudul sama karya sastrawan Sapardi Djoko Damono.
Sutradara Reni Nurcahyo Hestu Saputra mengarahkan film yang skenarionya ditulis oleh Titien Wattimena. Lokasi pengambilan gambar di Jakarta, Manado, Gorontalo, Solo, dan Kota Sapporo, Jepang, membuat film memiliki visual yang kaya.
Sang sutradara yang biasa disapa Hestu mengemas semuanya dalam kesan artistik dan romantis. Pria kelahiran 31 Juli 1985 itu bisa membawa keindahan sekaligus kegundahan pada setiap kota tempat Pingkan dan Sarwono singgah.
Pecinta puisi Sapardi akan termanjakan karena film menampilkan sederet puisi populer sang maestro yang bait-baitnya tertera pada layar. Sedikitnya terdapat sembilan puisi termasuk "Hujan Bulan Juni", "Aku Ingin", "Pada Suatu Hari Nanti", dan "Sajak Kecil tentang Cinta".
"Kecintaan saya terhadap puisi bisa terealisasi di perjalanan karya saya dengan terwujudnya film Hujan Bulan Juni," ujar Hestu yang menamatkan studi di Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) bidang Penyiaran Televisi.
Karakter Pingkan dan Sarwono dihidupkan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia. Film yang diproduseri Chand Parwez Servia dan Avesina Soebli itu juga dibintangi Koutaro Kakimoto, Baim Wong, Surya Saputra, Ira Wibowo, Sundari Soekotjo, dan Jajang C Noer.