REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KOK)mNovel Baswedan mengalami penyerangan sekitar 200 hari lalu usai menunaikan ibadah shalat Subuh di masjid dekat kediamannya, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun, hingga saat ini, belum ada kemajuan berarti dalam pengungkapan kasus tersebut.
Perkembangan terakhir, kasus yang ditangani Polda Metro Jaya ini baru sampai pada pengungkapan sketsa satu tersangka yang dirilis langsung oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Namun, identitas tersangka sendiri masih belum ditemukan. Jangankan identitas, sketsa tersangka lain pun belum diselesaikan.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Martinus Sitompul menyatakan, Polri tidak menghentikan kasus ini. "Pada prinsipnya bahwa proses untuk mengungkap kasus ini terus dilaiukan. Tidak berhenti. Kendal-kendala dalam penyelidikan itu ada dan kendala-kendala teknis seperti apa tentu penyidik yang lebih tahu," ujar Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (31/10).
Martinus meyakinkan, Polri terus berusaha untuk mengungkap kasus ini. Namun dia menyatakan Polri memang menghadapi sejumlah kesulitan dalam mengungkap kasus ini. "Kita berupaya untuk segera mungkin terungkap. Agar selesai satu perkara agar perkara lain kita selesaikan sehingga bisa tuntas," ujar dia.
Berdasarkan keterangan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, hingga kini bukti-bukti yang diperoleh polisi masih belum bisa menunjukkan titik terang pelaku penyiraman Novel. Meskipun, salah satu sketsa wajah terduga pelaku telah dibuat. Sedangkan satu sketsa lainnya masih dalam tahap penyelesaian. "Sketsa ini kita kroscek lagi ke saksi," ujarnya.
Untuk diketahui, Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis Asam Sulfat atau H2SO4 pada Selasa (11/4). Sampai saat ini, pria yang menangani kasus megakorupsi KTP-elektronik itu pun kini menjalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan penglihatannya imbas penyerangan itu.