REPUBLIKA.CO.ID, Islamfobia dalam menjatuhkan Islam sering menggunakan ayat-ayat terisolasi dari Alquran untuk menunjukkan betapa jahatnya Islam. Misalnya, mereka mengutip ayat Al-Ma’idah ayat 51: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai Auliya (pelindung, teman,) Mu; mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka Auliya, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Islamfobia juga sering menngunakan ayat ini dalam mengkucilkan Islam: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.” (Ali Imran 3:118)
Maka, apakah ini berarti umat Islam seharusnya tidak memiliki teman Kristen dan Yahudi? Haruskah umat Islam menghindari setiap orang yang bukan sesama Muslim?
Dilansir dari Islamicity, sebelum bangkitnya partai politik militan abad ke-20 dan pemerintah yang mengkambinghitamkan kaum minoritas agar tetap berkuasa, sebagian besar orang Kristen dan Yahudi melaporkan bahwa mereka berteman baik dengan banyak tetangga Muslim.
Persahabatan antaragama ini lebih sering terjadi di desa-desa Muslim daripada di perkotaan. Sebab di perkotaan banyak orang tidak berdaya karena adanya praktik politik yang kejam. Jadi, apakah orang-orang Muslim ini tidak mengetahui hukum-hukum yang telah disebutkan di atas terkait teman-teman Kristen dan Yahudi? Tidak semuanya.
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah 2: 109)
Jadi Alquran memperingatkan mereka untuk menjauh hanya dari orang-orang yang berharap dapat mengubah seorang muslim menjadi kafir setelah mereka beriman. Ini tidak berbeda dengan orang tua Yahudi yang memperingatkan anak-anak mereka untuk menjauh dari misionaris Kristen.
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu. Kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak tahu.” (An-Nahl 16:43)
Dan Alquran menyatakan lebih lanjut ketika bertanya kepada ilmuwan Yahudi dan Kristen; tetapi hanya jika mereka tidak berharap mereka bisa mengubah seorang muslim menjadi kafir setelah beriman. Ini adalah bukti bagaimana Alquran openminded.
Sayangnya, di abad-abad berikutnya polemik Gereja Ortodoks Timur cenderung menyerang dan mengabaikan ayat-ayat yang toleran dan memahami dua ayat pertama di atas tanpa konteks dan dengan cara berpikir sempit. Banyak cendekiawan Muslim tidak lagi menggunakan ayat berikut untuk memahami yang lain:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Maidah 5: 48)
Pluralisme agama adalah kehendak Allah. Tidak ada satupun agama yang diminta untuk berteman dengan orang-orang yang tidak menghormati dan bahkan membenci agama yang mereka yakini. Dan tentunya tidak ada Muslim yang salah ketika menghindari kontak dengan Islamofobia.