REPUBLIKA.CO.ID, Etek Minah (51 tahun) harus bergegas menuju Pasa Ateh, begitu ia mendengar kabar dari tetangga bahwa pasar terbesar di Bukittinggi itu dilalap api. Api, kata kabar yang sampai ke telinganya, mulai berkobar sebelum jam genap pukul 06.00. Di pikirinnya cuma satu, memastikan kios tas dan koper yang ia miliki selamat dari amukan si jago merah.
Namun, setibanya di Pasar Atas sekitar pukul 07.00 WIB pada Senin (30/10), Etek Minah tak bisa menyembunyikan kagetnya. Pasar tempatnya mengais rezeki selama ini tampak membara. Asap kelabu membumbung tinggi menyaingi tingginya Jam Gadang yang berdiri tak jauh dari lokasi kebakaran.
"Akhirnya suami saya yang mencoba menyelamatkan barang, tapi tidak bisa. Atap yang terbakar berjatuhan. Akhirnya kami memilih menunggu," ujar Etek Minah ditemui setelah api dipastikan padam.
Etek Minah mengaku sudah pasrah dengan segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, termasuk seluruh barang dagangannya ludes tak tersisa. Ia mencoba ikhlas dengan musibah yang terjadi. Apalagi, kobaran api membesar seiring datangnya siang. Api baru benar-benar lenyap sekitar pukul 11.00 WIB.
Beruntung, siang harinya, saat ia dan suaminya mencoba masuk ke kios miliknya, seluruh barang dagangannya masih utuh. Sebagian besar kios di lantai 1 Blok B Pasar Atas memang terhindar dari jilatan api. Hanya saja, puing-puing reruntuhan berserakan di lantai. Sisa rangka kayu yang menghitap terkelupas dan tersebar di ujung-ujung lorong menuju tangga ke atas.
Etek Minah dan suaminya memanfaatkan waktu yang ada untuk mengeluarkan seluruh barang dagangannya. "Alhamdulillah lantai satu tidak terbakar. Tapi lantai atas kami, habis," ujar Etek Minah sambil mengangkat sejumlah tas yang sehari-hari dijajakan di Pasar Atas.
Meski lebih beruntung dibanding pedagang yang memiliki kios di lantai dua Pasar Atas, Etek Minah mengaku belum tahu di mana lagi ia akan berjualan. Ia menunggu instruksi Pemkot Bukittinggi untuk menyediakan lahan baru bagi para pedagang yang berjualan. Etek Minah meminta agar pemerintah ikut memperhatikan nasib pedagang yang kiosnya terbakar habis.
Menurutnya, kerugian yang diderita setiap pedagang bisa saja mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. "Utamanya teman-teman yang berada di atas, yang dagangannya habis terbakar," katanya.
Fadli (37 tahun) terpaksa menerima nasib yang tak seberuntung Etek Minah. Kios pakaian yang ia kelola di lantai dua Pasar Atas ludes dilahap api. Tak banyak yang bisa ia lakukan kecuali menunggu arahan pemerintah. "Ya mau bagaimana lagi, namanya musibah," ujarnya singkat.