REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia dan Malaysia sebagai pendiri Dewan Negara Produsen Kelapa Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries /CPOPC) akan mengadakan Inaugural Ministerial Meeting of Palm Oil Producing Countries (IMMPOPC) di Bali Nusa Dua Convention Center, 1-3 November 2017. Selain Indonesia dan Malaysia, CPOPC mengundang berbagai perwakilan negara produsen kelapa sawit lainnya seperti Papua Nugini, Thailand, Nigeria, dan Guatemala.
Negara produsen mengalami berbagai tantangan perdagangan komoditas minyak kelapa sawit, khususnya terkait isu lingkungan hidup dan banyaknya hambatan tarif dan non-tarif yang diterapkan beberapa waktu terakhir. Pertemuan ini akan menjadi platform pertama bertukar pandangan di antara negara produsen kelapa sawit menghadapi berbagai tantangan komoditas kelapa sawit dalam perdagangan global.
“Pertemuan IMMPOPC merupakan momen penting untuk mendorong adanya kesamaan pandangan dan tujuan negara produsen kelapa sawit. Kesamaan pandangan tersebut dapat melindungi dan memajukan kepentingan bersama negara produsen dalam perekonomian global”, demikian disampaikan Direktur Eksekutif CPOPC, Mahendra Siregar dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (1/11).
Dalam pertemuan tingkat Menteri yang akan dipimpin oleh Menko Perekonomian RI, Darmin Nasution tersebut, dibahas berbagai isu, antara lain terkait sustainability kelapa sawit, produktivitas petani kecil, riset dan inovasi kelapa sawit, kerjasama industri menuju produksi bernilai tambah, regulasi teknis, dan kebijakan perdagangan.
Untuk memperkaya diskusi, forum ini akan mengundang berbagai narasumber ahli dari berbagai organisasi multilateral seperti the United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan the Food and Agriculture Organization (FAO).
Kelapa Sawit merupakan komoditas ekspor utama negara berkembang, sektor kelapa sawit tidak hanya berkontribusi menghasilkan devisa dan membuka lapangan kerja tetapi juga menawarkan berbagai potensi nilai tambah seperti kapasitas refinery, hingga ke produk-produk hilir terkait maknanan, energi dan industri.
Kelapa sawit merupakan komoditas strategis di Indonesia dan menggerakkan perekonomian rakyat. Sebesar 41 persen lahan kelapa sawit dimiliki oleh petani kecil dan sektor kelapa sawit berkontribusi terhadap 5,5 juta lapangan kerja langsung dan 12 juta lapangan kerja tidak langsung. Kelapa sawit yang menyumbang lebih dari USD 18 miliar pendapatan negara sebagai komoditas ekspor tersebesar Indonesia saat ini melebihi ekspor migas.
Upaya menyeimbangkan perkembangan sektor kelapa sawit, sebagai upaya pemajuan ekonomi, dengan keberlangsungan lingkungan dan sosial, harus dapat dilihat sebagai bagian pencapaian pembangunan berkelanjutan sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 melalui pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, mengatasi inequality, perlindungan lingkungan hidup, inovasi, dan pembangunan infrastruktur.