REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) tak akan pernah mengakui Korea Utara (Korut) sebagai negara nuklir. Presiden Korsel Moon Jae-in juga mengatakan, Seoul tidak akan memiliki senjata nuklir dan akan bekerja sama dengan Cina untuk melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Moon menegaskan, tidak akan ada operasi militer di Semenanjung Korea tanpa persetujuan Korsel. Menurutnya, pemerintah akan terus berupaya untuk mencapai perdamaian di semenanjung tersebut.
Kementerian Luar Negeri Cina juga mengatakan Beijing dan Seoul akan terus menggunakan upaya diplomatik untuk menangani masalah di Semenanjung Korea.
Ucapan Moon dan pernyataan Cina disampaikan sehari setelah pertemuan dilakukan di Beijing antara perwakilan Korsel untuk perundingan nuklir, Lee Do-hoon, dan rekannya dari Cina, Kong Xuanyou.
Pada pertemuan tersebut, Cina dan Korsel sepakat untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah nuklir Korut. Kedua negara itu juga mengakhiri ketegangan yang terjadi setelah pemasangan sistem anti-rudal AS di Korsel yang diprotes Cina.
Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kerja sama, untuk memulai kembali perundingan denuklirisasi. Sementara, media pemerintah Korut hingga saat ini belum memberikan komentar mengenai membaiknya hubungan antara Korsel dan Cina.
Seorang pejabat senior Istana Biru Korsel mengatakan hubungan bilateral yang hangat kembali muncul setelah kedua negara saling memberikan kepercayaan. Beijing telah mengungkapkan keprihatinan akan adanya kemungkinan tambahan sistem pertahanan anti-rudal AS dan kerja sama militer antara Korsel, AS, dan Jepang.
Namun awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-hwa mengatakan meski ada penempatan satu baterai anti-rudal lagi, Korsel tidak berniat untuk bergabung dengan sistem pertahanan rudal AS di wilayah tersebut dan tidak akan menampung baterai tambahan.