REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum berdiri megah seperti sekarang ini, masjid yang mampu menampung 5.000 jamah ini memiliki arsitektur Jawa dengan bentuk atap limas bersusun tiga. Faktor inilah yang membuat masjid yang struktur awalnya dibangun oleh masyarakat pedagang Muslim Jawa pada 1826 memiliki sejarah kuat dengan Indonesia.
Meski telah direnovasi dan menjadi destinasi wisata unik Singapura, nama-nama klasik di sekitar masjid masih dipertahankan, seperti Jalan Kandahar, Baghdad, Arab, dan Bussorah Street yang diabadikan sebagai bagian sejarah Singapura.
Kendati diapit oleh bangunan raksasa dan modern, seperti seperti Parkview Square, Golden Landmark Hotel, Raffles Hospital, Bugis Junction, dan Hotel Inter-Continental, masjid ini tetap mampu mempertahankan auranya sebagai salah satu pusat Islam.
Masjid Sultan Singpaura mendapatkan pengakuan Pemerintah Republik Singapura pada 14 Maret 1975 sebagai aset nasional. Status dan pengelolaannya dipegang oleh MUIS.