REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Adaro Energi menilai efisiensi yang dilakukan perseroan telah meningkatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Pada September 2017, EBITDA Adaro melonjak 61 persen di tengah fluktuasi harga batu bara dan kenaikan biaya produksi pertambangan.
Boy menjelaskan dengan mengantongi EBITDA sebesar 1,6 miliar dolar AS maka marjin operasional EBITDA Adaro sebesar 41 persen. Hal ini menurut Boy tak terlepas dari efisiensi biaya produksi yang dilakukan oleh Adaro selama ini.
"Kami akan mempertahankan dari rentang 900 juta dolar AS hingga 1,1 miliar dolar AS dengan cara tetap efisien," ujar Boy dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/11).
Boy menjelaskan melakukan efisiensi juga bukan tanpa tantangan. Boy tak menampik tantangan seperti kenaikan harga minyak sebagai bahan baku pembakaran dan kenaikan biaya pertambangan membuat Adaro harus terus melakukan efisiensi. Tantangan ini, kata Boy, membuat beban pokok pendapatan Adaro naik 20 persen dibandingkan tahun lalu.
Selain kenaikan harga bahan baku dan biaya penambangan, Boy juga menjelaskan kenaikan nisbah kupas, serta kenaikan pembayaran royalti karena harga jual rata-rata yang lebih tinggi. Nisbah kupas untuk periode ini tercatat sebesar 4,65x, atau lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,85x untuk 2017 karena tingginya curah hujan di wilayah operasi penambangan yang berlanjut sampai kuartal ketiga tahun ini.
"Sebagai bagian dari upaya pengendalian biaya, AE telah melakukan lindung nilai untuk sekitar 50 persen dari kebutuhan bahan bakar di sisa 2017 pada harga yang lebih rendah daripada anggaran demi memitigasi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga minyak," kata Boy.
PT Adaro Energi meraup pendapatan usaha hingga September 2017 ini sebesar 2.439 juta dolar Amerika. Pendapatan ini naik 37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Salah satu faktor pendukung kenaikan pendapatan usaha adalah naiknya harga jual dengan rata rata kenaikan 42 persen. Selain itu, kata Boy pendapatan juga ditopang dengan habis terjualnya stok produksi selama ini. Tercatat produksi batubara Adaro mencapai 39,36 Mt sementara penjualan batu bara mencapai 39,44 Mt.