REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak adanya pembeli yang datang ke Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, saat ini membuat sejumlah pedagang frustrasi. Bahkan para pedagang di sana menyebut Blog G sebagai Blok Gila.
“Semua orang di sini gila karena tak ada pembeli yang datang satu pun,” ujar Muhammad Yusuf (67), Rabu (1/11). Yusuf merupakan pedagang kain sarung dan sajadah di lantai 1 Blok G Pasar Tanah Abang.
Blok G Pasar Tanah Abang ramai diperbincangkan sejak zaman Joko Widodo sebagai gubernur DKI Jakarta. Lambat laut, pembeli menghilang dari Blok G lantaran tak ada infrastruktur yang menunjang datangnya pembeli ke sana. Janji pembangunan jembatan penghubung atau interkoneksi yang menghubungkan Blok G dengan Stasiun Tanah Abang urung terwujud.
Yusuf mengatakan citra Pasar Blok G Tanah Abang saat ini sangat buruk. “Tidak ada fasilitas umum yang bagus, tidak nyaman, jadi pengunjung tidak ada yang datang,” tutur bapak yang mengaku telah berdagang sejak 1988 itu.
Dengan kondisi pasar yang tak nyaman, kotor, dan sepi penjual, pembeli enggan datang ke Blok G. Ia berpendapat, banyak orang yang jauh dari lokasi lain membawa uang banyak untuk berbelanja, namun mengurungkan niat ketika masuk ke Blok G. “Jadi mereka ngga mau ke sini lagi,” katanya.
Selain itu, Yusuf mengatakan, sepinya pembeli juga disebabkan tidak terwujudnya pembangunan jembatan interkoneksi yang pernah dijanjikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Tidak terealisasi sampai sekarang,” kata dia penuh kesal.
Suasana Blok G Pasar Tanah Abang siang itu memang terlihat sepi. Hanya suara obrolan antarpedagang saja yang terdengar. Eskalator di gedung itu juga tak dihidupkan. Di lantai dua dan tiga, pedagang sudah tidak ada lagi yang menempati kios.
Agus Salim (60), pedagang pakaian jeans di lantai 1 Pasar Blok G juga mengeluhkan sepinya pembeli. Ia mengaku pendapatannya jarang lebih dari Rp 100 ribu per hari. “Padahal di awal pindah ke sini (Blok G) pendapatan bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta,” katanya.
Agus Salim menuturkan, adanya Pasar Jatibaru yang awalnya merupakan permukiman juga menjadi salah satu penyebab Blok G sepi pembeli. “Orang keluar stasiun (Tanah Abang), langsung nyebrang ke Jatibaru,” tuturnya.
Ia dan Yusuf sepakat, seharusnya ada penertiban di kawasan Jatibaru yang sebenarnya tak berizin. “Itu kan permukiman, siapa yang kasih izin?” kata Yusuf ditimpali anggukan kepala Agus.
Yusuf juga mengatakan, solusi agar Blok G tetap hidup adalah dengan realisasi jembatan dan penertiban Pasar Jatibaru. “Kalau tidak, bongkar saja Blok G ini,” katanya. Agus pun mengiyakan.