REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kecil, Jeffrey Lang, dianugerahi kecerdasan otak dan kemampuan berpikir di atas rata-rata remaja sebayanya.
Lang yang lahir di Bridgeport, Connecticut, dari keluarga Katolik Roma ini begitu kritis akan banyak hal. Seperti nilai-nilai sosial, politik, hingga agama.
Ia melakukan pemberontakan terhadap beberapa lembaga, termasuk Gereja Katolik. Lang mempertanyakan masalah ketuhanan.
Tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang menggelayut di pikirannya, akhirnya setelah 18 tahun menganut Katolik sejak kecil, Lang memutuskan memilih sebagai ateis atau tidak mempercayai eksistensi tuhan.
Semenjak menjadi ateis, justru pertanyaan kian liar melintasi pikirannya. Ia menyangsikan sifat maha penyayang dan pengasih yang dimiliki Tuhan.
Ia berkelakar, kedua sifat mulia itu dimiliki Tuhan, mengapa masih ada penderitaan di bumi. Seharusnya Tuhan menciptakan surga bagi orang-orang yang menderita.
Pertanyaan demi pertanyaan itu terus menyudutkan Lang yang kini aktif sebagai guru besar matematika di Universitas Kansas, hingga sebuah pertemuan mengesankan dengan Mahmoud Qandeel, mahasiswa asal Arab Saudi.
Penampilan Mahmoud Qandeel yang berbeda dari mahasiswa lainnya menarik perhatian seluruh kelas, termasuk Lang. Akhirnya, Lang mulai berdiskusi dengan Qandeel tentang agama.
"Saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada Qandeel, dan saya benar-benar terkejut dengan jawaban yang ia berikan," kata Lang.
Diskusi mengenai Islam antara Lang dan Qandeel terus berlangsung. Akhirnya, Qandeel memberikan salinan Alquran dan beberapa buku tentang Islam kepada Lang. Pemberian Qandeel ini begitu mengejutkan Lang.
Lang yang kini berusia 62 tahun itu akhirnya mulai membaca terjemahan Alquran seorang diri. Ia bahkan membaca kitab suci tersebut di ruang doa sederhana yang dibangun mahasiswa Muslim di universitas, tempatnya mengajar.
Perlahan tapi pasti, Lang mulai merasa ditaklukkan oleh Alquran. Terjemahan pada ayat pertama yang terdapat dalam Alquran benar-benar menyentuh dirinya.
Dari Alquran, ia juga menemukan jawaban atas keberadaan Tuhan yang sering ia tanyakan sejak remaja. Alquran juga menjawab tujuannya untuk hidup di dunia ini.
Berlanjut
Kekaguman Lang kepada Alquran terus berlanjut. Setiap membaca lembaran demi lembaran terjemahan kitab suci itu, ia tidak hanya mengetahui tentang Tuhan.
Tetapi tentang banyak hal lainnya. Termasuk tentang alam dan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia. Bahkan, Lang menemukan dirinya sendiri saat membaca beberapa terjemahan ayat.
Lang sendiri tidak mengetahui mengapa ia begitu tersentuh dengan isi Alquran. Yang ia tahu, dengan membaca Alquran memberinya banyak kenyamanan dan kekuatan dalam masa-masa sulit.
Dari sana, imannya mulai tumbuh. Profesor kelahiran 30 Januari 1954 ini akhirnya memutuskan memeluk Islam.
Setelah memeluk Islam, Lang mulai mempelajari gerakan dan doa shalat. Cukup susah baginya untuk menghafal doa-doa shalat karena menggunakan bahasa Arab. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Lang untuk terus belajar.
Saat melaksanakan shalat pertama kali di apartemen pribadinya, Lang sempat merasakan gejolak dalam dirinya. Ia memastikan apartemennya dalam keadaan terkunci.
Saat ingin bersujud ia terbayang bahwa teman-temanya akan mengejek apa yang ia lakukan. Hal ini sempat mengganggu pikirannya.
Ia tidak pernah melakukan gerakan sujud sebelumnya. Baginya, bersujud berarti merendahkan diri.
Namun, gejolak batin tersebut berhasil ia atasi secara perlahan. Ia sadar yang disembah adalah Allah SWT, Sang Maha Pencipta.
Seiring berjalannya waktu, Lang mulai rutin melakukan shalat lima waktu setiap hari secara teratur dan menemukan kepuasan spiritual ketika shalat.
Baginya, waktu subuh adalah waktu paling indah. "Seolah-olah Anda meninggalkan dunia ini sementara dan berkomunikasi dengan malaikat dan memuji Tuhan sebelum fajar," katanya. ed: nashih nashrullah.
Islam Mengajak Nalar Manusia Berpikir
Sebagai ahli matematika, Lang tetap mengejar karier dalam bidang tersebut. Ia menerima gelar master dan doktor dari Purdue University.
Lang mengatakan, ia selalu terpesona oleh matematika. Matematika adalah logis. Hal ini karena matematika menggunakan fakta dan angka untuk menemukan jawaban konkret.
Karena kecintaannya pada matematika inilah membuat cara berpikir Lang berdasarkan logika dan fakta. Sehingga ia sering merasa frustrasi saat berurusan dengan hal-hal yang tidak memiliki jawaban yang pasti.
Menurut dia, dengan pola pikir seperti ini membuat ia sulit percaya agama. Khususnya agama yang ia anut dahulu.
Sebagian besar agama membutuhkan penerimaan karena iman. Namun, Islam menarik bagi penalaran manusia.
Sebagai penasihat fakultas untuk Asosiasi Mahasiswa Muslim, Lang melihat dirinya sebagai penghubung antara mahasiswa dan kampus.
Ia mendapat persetujuan dari universitas untuk mengadakan ceramah Islam. "Ini adalah salah satu kehormatan bagi saya menjadi penghubung," katanya.
Lang menikahi seorang Muslimah Arab, Raika. Lang telah menulis beberapa buku Islam. Buku-bukunya menjadi paling laris di antara komunitas Muslim di AS.
Salah satu buku Lang yang terkenal, yaitu berjudul "Even Angels ask; A journey to Islam in America".
Melalui buku tersebut, Lang menemukan banyak pengalaman dan mempelajari lebih banyak lagi tentang agama Islam.