Kamis 02 Nov 2017 18:26 WIB

LPS Sebut Suku Bunga Simpanan Masih Bisa Turun

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah (kiri) bersama Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan (tengah) dan DIrektur Eksekituf Riset Surveilans dan Pemeriksaan Didik Madiyono memberikan penjelasan kepada wartawan pada acara temu media dengan Lembaga Penjamin Simpanan di Jakarta, Kamis (14/9).
Foto: Republika/Darmawan
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah (kiri) bersama Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan (tengah) dan DIrektur Eksekituf Riset Surveilans dan Pemeriksaan Didik Madiyono memberikan penjelasan kepada wartawan pada acara temu media dengan Lembaga Penjamin Simpanan di Jakarta, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) menilai masih ada kemungkinan suku bunga simpanan perbankan turun. Hanya saja penurunan itu hanya penyesuaian terhadap jatuh tempo simpanan berjangka.

Direktur Eksekutif Riset LPS Didik Madiyono mengatakan, penurunan itu berupa penyesuaian terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak dua kali di 2017. "Suku bunga simpanan diperkirakan masih akan turun karena ada lag," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (2/11).

Dengan penurunan suku bunga simpanan, kata dia, diharapkan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Hanya saja, itu tergantung konsolidasi masing-masing bank.

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menambahkan, secara umum likuiditas perbankan cukup baik. Hal itu terlihat rasio volume penyaluran kredit dana penerimaan dana atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang turun dari 89,47 persen menjadi 89,05 persen pada September tahun ini.

Disaat serupa, kata dia, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan meningkat dari 9,47 persen manjadi 11,7 persen per September 2017. Sayangnya, pertumbuhan kredit justru melambat.

"Sekarang LDR turun berarti ekspansi kredit agak melambat. Pertumbuhan kredit di September 2017 sebesar 7,96 persen menurun dibandingkan Agustus sebesar 8,36 persen," jelasnya.

Di tengah kondisi perekonomian saat ini, menurut Halim, masyarakat lebih senang menyimpan uangnya di perbankan. Hal itu yang membuat DPK naik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement