Jumat 03 Nov 2017 01:37 WIB

Sebelum Menjajah Palestina, Yahudi Pernah Ditawari Negara Afrika Ini

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Indonesian Consortium for Liberation of Al-Aqsha menggelar diskusi bertema
Foto: Republika/Kamran Dikarma
Indonesian Consortium for Liberation of Al-Aqsha menggelar diskusi bertema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan pelapor khusus PBB untuk situasi HAM di Palestina Makarim Wibisono mengungkapkan deklarasi Balfour merupakan tindakan unilateral Inggris terhadap Palestina. Deklarasi itu pula yang mengakibatkan munculnya berbagai krisis dan friksi di negara tersebut.

Makarim menerangkan deklarasi Balfour yang diterbitkan pada 2 November 1917 oleh menteri luar negeri Inggris saat itu, James Arthur Balfour tak dapat dipisahkan dari situasi Perang Dunia I. Kala itu, blok sentral, yakni Jerman dan Kesultanan Turki Utsmaniyah tampak lebih digdaya dibandingkan Inggris dan sekutunya.

Hal ini memaksa pemerintah Inggris melakukan pendekatan kepada bankir-bankir kaya di negaranya, salah satunya adalah bankir Yahudi, Lord Rotschild. "Tujuan pendekatan ini adalah agar mereka menggelontorkan uang untuk membantu Inggris dalam peperangan di Perang Dunia I," ungkap Makarim dalam acara diskusi bertema "Menggugat 100 Tahun Balfour" yang digelar di Kedutaan Besar (Kedubes) Palestina untuk Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/11).

Selain dana, ketika Perang Dunia I, Inggris bergantung pula pada seorang intelektual dan ilmuwan Yahudi kelahiran Rusia bernama Chaim Weizmann. Ia merupakan anggota fanatik Zionisme Inggris.