REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Inggris meminta maaf kepada rakyat Palestina atas dampak yang ditimbulkan Deklarasi Balfour seabad lalu.
''100 tahun lalu, melalui Deklarasi Balfour, Inggris merestui Yahudi membangun negara di atas tanah orang Palestina, tanah yang jadi hak dan ditinggali orang Palestina,'' ungkap Abbas melalui pernyataan resmi seperti dikutip Maan News, Kamis (2/11).
Abbas menyebut Deklarasi Balfour sebagai omong kosong yang mengabaikan hak warga asli Palestina. Akibat deklarasi itu, warga Palestina harus menderita selama berpuluh-puluh tahun.
''Sejak saat itu, tragedi dan penderitaan warga Palestina tak pernah berhenti. Tanah Palestina terus diokupasi sejak 1967,'' kata Abbas.
Penderitaan rakyat Palestina, kata Abbas, bukan hanya disebabkan oleh Inggris akibat Deklarasi Balfour, tapi juga oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May yang merayakan seabad Deklarasi Balfour bersama Perdana Menteri Israel Banjamin Netanyahu di London.
''Pemerintah Inggris memaksa merayakan 100 tahun Deklarasi Balfour. Hal itu secara terbuka mengonfirmasi kebijakan kolonial terhadap Palestina,'' kata Abbas.
Karena itu, Abbas kembali menegaskan agar Inggris meminta maaf secara terbuka kepada rakyat Palestina atas penerbitan Deklarasi Balfour. Selain itu, Inggris harus bertanggung jawab atas konsekuensi dan kompensasi yang ditimbulkan deklarasi tersebut.
Sebelum Menjajah Palestina, Yahudi Pernah Ditawari Negara Afrika Ini