REPUBLIKA.CO.ID, MAUNGDAW -- Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, meminta rakyatnya untuk hidup damai dan tidak bertengkar. Hal tersebut disampaikan Suu Kyi saat ia mengunjungi Negara Bagian Rakhine pada Kamis (2/11) untuk pertama kalinya sejak kekerasan terhadap etnis Rohingya meletus pada akhir Agustus lalu.
"Dia hanya mengatakan tiga hal kepada masyarakat - mereka harus hidup damai, pemerintah ada untuk membantu mereka, dan mereka seharusnya tidak bertengkar satu sama lain," kata Chris Lewa, dari kelompok pemantau Proyek Arakan, dikutip The Telegraph.
Suu Kyi telah mengunjungi ibu kota Rakhine, Sittwe dan melanjutkan perjalanan dengan helikopter militer ke Maungdaw, salah satu distrik yang paling parah terkena dampak kekerasan tersebut. Ia dilaporkan bertemu dengan sekelompok pemimpin Muslim.
Sehari sebelumnya, pada Rabu (1/11), fotografer Reuters mengaku masih menyaksikan ribuan warga Rohingya mencoba menyeberangi perairan dangkal di sungai Naf. Mereka menaiki kapal kecil atau membuat rakit darurat untuk bisa mencapai Bangladesh.
Tak hanya membawa anak-anak mereka, warga Rohingya juga harus memikul karung berisi barang-barang dan persediaan makanan di pundak mereka. Beberapa wanita dan lansia ditarik melalui lumpur untuk mencapai lahan kering di atas tepian curam.
Suu Kyi Akhirnya Kunjungi Rakhine