Jumat 03 Nov 2017 12:43 WIB

Din: Konflik Bernuansa Agama Jangan Dibawa ke Indonesia

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Utusan Khusus Presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban, Prof Din Syamsuddin beraudensi dengan Ketua Umum DPP Walubi Hartati Murdaya di sela acara Pertemuan Nasional Para Biksu di Hall C-1 Jiexpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (2/11).
Foto: Republika/Muhyiddin
Utusan Khusus Presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban, Prof Din Syamsuddin beraudensi dengan Ketua Umum DPP Walubi Hartati Murdaya di sela acara Pertemuan Nasional Para Biksu di Hall C-1 Jiexpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antar agama dan peradaban, Prof Din Syamsuddin bersilaturrahim dengan para biksu dan tokoh agama Buddha di sela-sela acara Pertemuan Nasional Para Biksu di Hall C-1 Jiexpo Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (2/11). Dalam pertemuan tersebut sempat dibahas mengenai konflik etnis Rohingya di Myanmar.

Din mengatakan, konflik di Rohingya mempunyai penyebab dan latar belakang yang berbeda-beda, ada yang melihatnya bernuansa keagamaan, ada pula yang melihatnya bernuansa etnik. Namun, kata dia, terlepas dari itu semua umat Buddha baik dari Jepang, Thailand, termasuk dari Indonesia juga ikut prihatin terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.

Namun, Din meminta agar konflik bernuansa agama di negara lain tidak dibawa-bawa ke Indonesia, sehingga kerukunan umat beragama di Indonesia tetap terjaga. "Tapi janganlah masalah yang ada di luar itu bawa masuk ke Indonesia. Itu harus kita tolak. Alhamdulillah MUI dengan elemen umat Buddha seperti Walubi juga sudah sering terlibat. Bahkan sekarang ikut bersama-sama menangani kemanusiaan itu," ujarnya saat ditanya Republika.co.id.

Dengan dukungan para biksu di Indonesia, Din berharap bisa berdialog dengan biksu-biksu yang ada di Myanmar. Namun, sebagai Presiden Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Din mengaku sudah pernah datang ke Myanmar dan membentuk Inter-Religious Council of Myanmar yang dipimpin oleh biksu muda.

"Sekjennya seorang tokoh muslim, sehingga kita sudah bisa berdialog, tinggal nanti bagaimana kita menjangkau tokoh-tokoh agama Buddha maupun Islam yang di lokasi Rakhine State. Itu yang belum banyak kita lakukan," ucapnya.

Din optimis dengan banyak melakukan kunjungan atau silaturrahim dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia, masalah apapun bisa teratasi. "Saya optimis sengan pendekatan seperti ini apalagi dukungan dari kaum bijak dari Islam, kaum bijak dari Muslim, dari Buddhis, dari agama apapun masalah apapun akan bisa teratasi," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement