Jumat 03 Nov 2017 14:09 WIB

BNI Perkirakan Pertumbuhan Kredit 13 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Direksi BNI melaksanakan konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat BNI, Jakarta, Kamis (2/11). RUPSLB tersebut menetapkan Dekan FEB Universitas Indonesia Ari Kuncoro sebagai Komisaris Utama BNI.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Direksi BNI melaksanakan konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat BNI, Jakarta, Kamis (2/11). RUPSLB tersebut menetapkan Dekan FEB Universitas Indonesia Ari Kuncoro sebagai Komisaris Utama BNI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan pertumbuhan kredit sampai akhir 2017 sebesar 13 persen (yoy). Proyeksi tersebut lebih rendah dari target sebelumnya yang sebesar 15-16 persen.

Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, mengatakan awalnya direksi memproyeksikan pertumbuhan kredit bisa 15-16 persen sampai akhir tahun.

 

"Ternyata memang setelah kami lihat sampai September secara year to date masih rendah sekitar 8 persen. Kami perkirakan sampai akhir tahun sekitar 13 persen," kata Baiquni kepada wartawan di kantor pusat BNI, Kamis (2/11).

 

Baiquni menjelaskan, faktor penyebab diturunkannya proyeksi pertumbuhan kredit berasal dari faktor internal dan eksternal. Dari sisi internalnya, BNI menyadari masih perlunya memperkuat manajemen dalam melakukan penanganan kredit. Menurutnya, BNI masih sangat butuh tenaga-tenaga yang bergerak khusus di perkreditan.

 

Karenanya, perseroan semakin intensif dalam memilih sektor-sektor yang potensial. "Kalau tahun lalu kami bisa tumbuh sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah, tahun ini kami berjuang," ujarnya.

 

Hal itu dikarenakan, arahan pemerintah kepada perbankan dalam menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) tidak dominan ke sektor perdagangan. Melainkan lebih diprioritaskan kepada sektor industri manufakturing dan pertanian. "Ini yang membuat kami sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan kredit," ujarnya.

 

Hingga kuartal III 2017, BNI mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 421,41 triliun atau tumbuh 13,3 persen di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 372,02 triliun. Untuk mendorong penyaluran kredit di atas industri, Manajemen BNI melakukan beberapa strategi. Pertama, menggali potensi pasar pembiayaan BUMN dengan fokus pada proyek infrastruktur dan sektor industri yang memiliki risiko rendah dan terkontrol. Kedua, mengoptimalkan jaringan dan outlet untuk mampu menggarap potensi pasar yang ada. Ketiga, menggali potensi supply chain debitur korporasi untuk menangkap potensi debitur baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement