REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengusulkan pemerintah dan industri berinovasi menyediakan makanan siap saji yang tak kehilangan nutrisi. Hal itu mengingat ketertarikan masyarakat pada makanan siap saji daripada konvensional yang bergizi.
"Bagaiamana pemerintah dan industri menyediakan makanan jadi, dengan tidak menghilangkan nutrisinya," kata Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Esta Lestari di Kantor LIPI, Jakarta, Jumat (3/11).
Ia mengatakan selama ini pemerintah memiliki target memberbaiki kondisi kesehatan masyarakat. Pemerintah, ia melanjutkan, menyiapkan 30 persen intervensi spesifik dan 70 persen sensitif. Esta mengingatkan pentingnya edukasi bagaimana membangun budaya asupan sehat dari sisi pendidikan. Namun, menurut dia, edukasi itu harus diimbangi infrastruktur memadahi.
Esta berujar perubahan perilaku tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Terlebih menggunakan metode pemberian informasi satu arah. Sehingga, ia menekankan pentingnya membangun perilaku sadar asupan bergizi sejak dini. Esta mengatakan political will atau kemauan politik dari pemerintah atau para pengambil kebijakan ihwal pentingnya membangun pola konsumsi sejak dini masuk ke kehidupan sehari-hari masyarakat perlu dilakukan. Menurut dia, pemerintah tak bisa lagi menyasar permasalahan kesehatan dari kuratif.
Esta memprediksi pemerintah menghadapi pengeluaran lebih besar membiayai kesehatan masyarkat melalui BPJS Kesehatan. Salah satunya, karena ada prefensi selera yang membentuk kesukaan makanan manusia. Dengan demikian, Esta mengatakan pemerintah harus membangun dari sisi kerusakan dan bahaya dengan mengkontekskan bagaimana gaya hidup kesejahteraan masyarakat.
"Sisi hulu ditopang," ujar dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 mengestimasi skor 86,3 menunjukkan capaian penganekaragaman konsumsi. Angka itu berada di bawah target pemerintah, yakni skor 100. LIPI menilai ketertinggalan capaian gizi perlu mendapat perhatian. Mengingat, dimensi itu mempengaruhi kualitas SDM