REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Teguran terhadap Rasulullah SAW dan keterbatasan Ibnu Maktum untuk berhijad mengandung hikmah. Pertama, kita mesti ramah tehadap sesame, meski sesama kita tersebut belum tentu lebih baik dari kita dalam hal fisik. Karena Allah SWT melarang kita saling merendahkan sesama seperti dijelaskan dalam surat al-Hujaraat ayat ke-11.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Serta janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim."
Pelajaran kedua dari kisah di atas tadi dan bisa menjadi memotivasi, kita sebagai orang yang belum memiliki ilmu tidak perlu berkecil hati. Karena meski baru niatnya saja Allah akan memberikan pahala terhadap apa yang diniatkannya jika itu baik.
Seperti disampaikan Rasulullah SAW mengenai niat yang kuat akan mendatangkan pahala besar dari Allah SWT: "Barang siapa berniat untuk melakukan kebaikan lalu tidak jadi melakukannya maka Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan sempurna.
Dan jika ia berniat untuk melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya sepuluh kebaikan sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang banyak." (HR Bukhari dan Muslim).
(Baca: Teguran terhadap Rasulullah)
(Baca Juga: Semangat Jihad Ibnu Maktum)