REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara saat ini masih dipenuhi puing-puing bekas bangunan warganya. Beberapa tenda darurat didirikan di kampung yang telah digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 11 April 2016.
Sejumlah bangunan semi permanen tampak berdiri di antara puing-puing reruntuhan bangunan. Dharma Diani (41), warga RT 12/ RW 04 Kampung Akuarium mengatakan saat ini pihaknya sedang memperjuangkan kembalinya kampung yang digusur paksa itu. “Saya ingin kampung saya kembali,” ujar dia tegas, belum lama ini.
Ibu yang akrab disapa Yani itu mengaku telah melakukan gugatan class action bersama lebih dari 200 warga lainnya sejak Oktober 2016. Hingga saat ini proses peradilan masih berlangsung. “Sudah dalam tahap pembuktian,” tuturnya.
Mengenai Janji Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang berencana menata Kampung Akuarium menjadi lokasi pariwisata tanpa harus menggusur, Yani mengapresiasi hal itu. “Kalau kampung sudah kembali, kami mau ditata lagi,” kata perempuan beranak empat itu.
Ibu yang mengaku lahir di Kampung Akuarium itu berharap adanya kehidupan di Kampung Akuarium bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri. Menurutnya, beberapa kali turis asing datang karena memang tertarik melihat kehidupan kampung Akuarium. “Kehidupan yang penuh dengan rasa sosial dan gotong royong yang tinggi yang jadi daya tarik," tuturnya.
Ibu yang saat ini masih menempati bekas gusuran rumahnya itu mengatakan warga telah menemukan konsep kampung yang baik bagi mereka. “Ada beberapa konsep yang sesuai dengan keinginan kita,” katanya.
Menurutnya, konsep yang telah dipersiapkan oleh warga adalah kampung susun. Ia menjabarkan bahwa kampung susun merupakan pembangunan kampung baru secara vertikal.
Bila kampung dibangun secara vertikal, ia menjelaskan lahan lain pun masih bisa dimanfaatkan baik untuk sarana ruang terbuka hijau dan lain-lain. “Sehingga, kita bisa berbagi dengan Pemprov karena masih ada sisa lahan,” katanya.
Ia lalu mengatakan apapun konsep perkampungan yang diinginkan warga, ia berharap Pemprov selalu melakukan dialog dengan warga. “Jangan sampai kita dibohongi lagi, “ tuturnya.
Hal serupa juga diiyakan oleh Sukarti (42), warga Kampung Akuarium RT01/RW04 yang saat ini tinggal di tenda darurat selama lebih dari satu tahun. Ia mengatakan, ia ingin kampungnya kembali. “Kita tidak butuh uang, tapi butuh kampung kembali,” katanya.
Ibu yang akrab disapa Atik ini mengatakan saat ini tetap ingin berada di Kampung Akuarium. “Entah sampai kapan, yang jelas saya tetap bertahan di sini,” katanya.
Atik mengaku saat ini telah pasrah dengan kondisinya saat ini. Ibu beranak dua itu tak mau dipindahkan ke rumah susun (rusun) di kawasan Kapuk, lantaran ia harus membayar uang sewa perbulan.
“Sewanya bayar perbulan seumur hidup, sementara kita kan juga butuh makan,” katanya. Ia sendiri saat ini hidup bersama empat keluarga lain dalam tenda darurat yang ia tempati.
Mengenai gugatan class action dan harapan pada Gubernur DKI Jakarta yang baru, ia hanya berharap kampungnya bisa kembali. “Di luar itu, saya sudah pasrah,” katanya.