REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Maroko memastikan akan berkunjung ke Indonesia pada awal Desember 2017. "Meski terpisah jarak yang jauh, Indonesia dan Maroko terus membina hubungan persaudaraan yang erat," demikian disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri RI, AM Fachir dalam kunjungan kehormatan kepada Menteri Luar Negeri Maroko, YM Nasser Bourita, di Kantor Kementerian Luar Negeri Kerajaan Maroko, Rabat, pada Kamis (3/11) waktu setempat, melalui siaran resmi yang diterima Republika, Jumat (4/11).
Lebih lanjut, Wamenlu Fachir menyampaikan, hubungan harmonis tersebut perlu diterjemahkan dalam kerja sama dan kesepakatan di berbagai bidang, yang berorientasi kepada kebutuhan rakyat kedua negara. "Beberapa bidang yang perlu mendapat penekanan antara lain kerja sama keamanan, perdagangan, serta keagamaan," ujarnya.
Khusus di bidang ekonomi, Wamenlu RI dan Menlu Maroko sepakat untuk mendorong perundingan "Preferential Trade Agreement" untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara. Sejauh ini teridentifikasi salah satu kendala perdagangan disebabkan tarif bea masuk impor yang tinggi. Tercatat total nilai perdagangan tahun 2016 sebesar 157 juta dolar AS, dengan surplus bagi Indonesia sejumlah 33 juta dolar AS.
Pada kesempatan tersebut, Wamenlu RI melalui Menlu Maroko menyerahkan undangan Presiden RI, Joko Widodo kepada Raja Maroko untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Juga menjadi salah satu pembicara kunci pada forum tahunan Bali Democracy Forum (BDF) X di Bali, 7 Desember 2017.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Maroko menyampaikan Raja Mohammed VI memastikan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Rencana kunjungan tersebut akan menjadi bersejarah karena merupakan kali pertamanya kunjungan Raja Maroko ke Indonesia. Menlu Maroko mengharapkan kedua negara menyiapkan rencana kunjungan tersebut agar dapat menghasilkan deliverables yang konkret.
Terkait dengan BDF X, Wamenlu RI menegaskan pentingnya bagi negara-negara Muslim untuk berbagi dalam mengelola demokrasi yang bersifat "home-grown" dan berdasarkan nilai Islam yang luhur. Karenanya, Wamenlu mendorong kehadiran Raja Maroko pada BDF X sebagai momentum untuk menggaungkan kesuksesan Raja dalam mengelola aspirasi rakyat dan memajukan demokrasi di Maroko.
Merespons hal tersebut, Menlu Maroko akan meyakinkan kembali Raja Maroko untuk memenuhi undangan dimaksud. Hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko dimulai pada 19 April 1960 dan diresmikan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno pada 2 Mei 1960. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan Kepala Negara asing pertama setelah kemerdekaan Maroko.