Ahad 05 Nov 2017 16:25 WIB

PM Lebanon Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

Rep: Marniati/ Red: Agus Yulianto
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perdana Menteri Libanon Saad al-Hariri mengundurkan diri pada Sabtu (4/11). Adanya rencana pembunuhan terhadap dirinya, menjadi alasan utama pengunduran dirinya.

Hariri menuduh Iran dan sekutu Libanonnya Hizbullah menabur perselisihan di dunia Arab. Dilansir dari Middle East Monitor, Sabtu (4/11), pengunduran dirinya mendorong Lebanon kembali ke garis depan persaingan regional Saudi-Iran dan tampaknya akan memperburuk ketegangan sektarian antara Muslim Sunni dan Syiah Lebanon.

Ini juga menghancurkan pemerintahan koalisi yang dibentuk tahun lalu setelah bertahun-tahun mengalami kebuntuan politik, dan yang dianggap mewakili kemenangan bagi Shia Hizbullah dan Iran.

Hariri, yang bersekutu dengan Arab Saudi, menuduh Hizbullah mengarahkan senjata di Yaman, Suriah dan Lebanon. Koalisi Hariri, yang mulai berkuasa tahun lalu, mengelompokkan hampir semua partai politik utama Lebanon, termasuk Future Movement dan Hizbullah.

"Kita hidup dalam iklim yang mirip dengan atmosfer yang berlaku sebelum pembunuhan martir (ayahnya almarhum Perdana Menteri) Rafik al-Hariri. Saya telah merasakan apa yang direncanakan dengan sembunyi-sembunyi untuk menargetkan hidup saya, " kata Hariri.

Rafik al-Hariri tewas dalam serangan bom tepi laut Beirut 2005 yang juga menewaskan 21 orang lainnya. Insiden ini mendorong anaknya ke dunia politik.

Dalam sebuah pernyataan , Hariri mengatakan, Hizbullah dan Iran telah membawa Lebanon ke dalam ancaman sanksi internasional.

Kantor Presiden Michel Aoun mengatakan, Hariri mengajukan pengunduran dirinya melalui sambungan telepon karena Hariri sedang berada di luar negeri. Hariri terbang ke Arab Saudi pada Jumat setelah bertemu di Beirut dengan Ali Akbar Velayati, penasihat tertinggi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Setelah itu, Velayati menggambarkan koalisi Hariri sebagai kemenangan dan kesuksesan besar.

Hariri menjadi perdana menteri akhir tahun lalu setelah sebuah kesepakatan politik yang juga membawa Aoun, sekutu Hizbullah sebagai presiden. Hubungan erat Hizbullah dengan Iran dan dukungannya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perangnya yang berusaha menggulingkannya telah menjadi sumber utama perselisihan di negara tetangga Lebanon selama bertahun-tahun.

"Selama beberapa dasawarsa sebelumnya, Hizbullah dapat memaksakan sebuah kenyataan di Lebanon dengan kekuatan senjatanya, yang diklaimnya sebagai senjata perlawanan (anti-Israel), yang ditujukan untuk saudara-saudara kita di Suriah dan Yaman, belum lagi Libanon," katanya.

Dia mengatakan, orang-orang Lebanon menderita karena intervensi Hizbullah, baik secara internal maupun pada tingkat hubungan mereka dengan negara-negara Arab lainnya. Hariri telah mengunjungi Arab Saudi, musuh politik Iran dan Hizbullah, dua kali dalam sepekan terakhir. Ia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan pejabat senior lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement