REPUBLIKA.CO.ID,
SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan akan kucurkan dana 8,9 miliar dolar AS dan 17,8 miliar dolar AS dari swasta untuk menumbuhkembangkan bisnis rintisan berbasis teknologi (startup) dalam tiga bulan ke depan. Pemerintah Korsel bahkan akan memberi relaksasi pajak bagi para pemodal ventura yang mau terlibat.
Langkah ini merupakan bagian pengembangan inovasi dan distribusi profit di kalangan pengusaha. ''Kami akan siapkan startup boom ke dua dengan menyiapkan ekosistemnya,'' kata Menteri Keuangan dan Strategi Korsel, Kim Dong-yeon seperti dikutip Korea Times, baru-baru ini.
Pertumbuhan ekonomi Korsel yang mencapai 1,4 persen di kuartal tiga 2017 plus kondisi ekstrenal yang membaik menjadi salah satu alasan dorongan terhadap inovasi ini dilakukan. Strategi pertumbuhan inovasi digadang-dagang sebagai salah satu mesin pertumbuhan Korsel.
Sebelumnya memang sempat ada kekhawatiran mandeknya startup di Korsel setelah booming pada awal tahun 2000-an. Belum lagi rasio lulusan S2 dan S3 yang mendirikan startup di Korsel juga masih 14 persen sementara AS sudah 40 persen.
Juga kontribusi startup terhadap produk domestik bruto (GDP) Korsel yang hanya 0,13 persen berbeda dari AS yang sudah mencapai 0,33 persen dan Cina 0,24 persen pada 2015.
Karena itu, Pemerintah Korsel ingin mendorong mereka yang inovatif untuk meluncurkan startup. Untuk mengatasi kekhawatiran modal, Pemerintah Korsel menyiasati dengan insentif bagi perusahaan atau lembaha riset yang mau berinvestasi atau mendukung startup. Startup yang gagal juga dijamin tetap punya kesempatan kerja bila mereka mau.
Pembiayaan teknologi juga jadi kunci pengembangan ekonomi berbasis inovasi. Metode evaluasi kredit komprehesif akan Pemerintah Korsel terapkan untuk membuka kesempatan bagi startup bisa mengakses kredit perbankan.