REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para pedagang PKL asal Museum Fatahilah Jakarta Barat telah dipindahkan ke lokasi baru di Taman Kota Intan Jalan Cengkeh, Taman Sari, Jakarta Barat. Taman Kota Intan diresmikan oleh Djarot Syaiful Hidayat sebulan lalu di pengujung masa jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta.
Tak sampai sebulan, para pedagang di lokasi yang berjarak sekitar 400 meter dari Museum Fatahillah itu mengeluhkan sepinya konsumen yang datang. Agus Salim (42), pedagang pakaian dan asesori mengatakan ingin kembali berjualan di depan Museum Fatahillah seperti sedia kala. “Bolehlah kami kembali berjualan di sana, paling tidak pada malam minggu saja,” ujarnya meminta.
Pria yang berjualan bersama istrinya itu mengatakan, dengan berjualan di tempat lama sekali seminggu, paling tidak bisa menutupi kerugiannya berjualan selama seminggu di Taman Kota Intan. Agus, sapaan akrabnya, mengatakan pendapatannya menurun drastis semenjak dipindah ke Taman Kota Intan. “Boro-boro omzet, pengunjung datang aja ngga ada,” ujarnya.
Sabtu siang itu, kios-kios di Taman Kota Intan masih banyak yang tutup. Hanya ada sekitar satu sampai tiga kios yang telah buka, dari sekitar delapan kios dalam satu baris. Pengunjung pun masih sangat jarang terlihat saat itu.
Pria yang mengaku pindah ke Jakarta sejak 30 tahun lalu itu menjelaskan, awalnya ia berjualan kuliner mi ayam di dekat Museum Fatahillah. Namun, setelah pendaftaran relokasi ia malah mendapatakan jatah berjualan pakaian dan aksesori. “Saya juga ngga paham kenapa bisa dapat jual aksesori,” katanya.
Pria beranak tujuh itu terpaksa berjualan mi ayam lagi di trotoar depan Museum Fatahillah mulai pukul 22.00 karena harus menyambung hidup dan juga untuk menafkahi keluarganya. “Kalau ngga gitu kita ngga makan,” ujar Agus.
Hal serupa juga dikatakan oleh Anang (53), seorang pedagang mi ayam bakso di Taman Kota Intan. Semenjak ia dipindah ke Taman Kota Intan, pendapatannya makin menurun. Tidak sama ketika ia berjualan di depan Museum Fatahillah.
“Dulu ketika berjualan di sana, pendapatan bisa dapat Rp 500 ribu per hari,” kata Anang. Namun, setelah dipindah, pria yang menempati kios barisan depan Taman Kota Intan itu mengaku hanya mendapatkan Rp 50 ribu per hari.
Pria beranak empat itu mengatakan, akses masyarakat yang datang ke sini terlalu sulit. Menurutnya, masyarakat hanya bisa berjalan kaki tanpa kendaraan pengangkut dari kawasan Kota Tua. “Dan itu jauh,” kata Anang.
Dengan keadaan yang menurut Anang memprihatinkan ini, pria yang tinggal di kawasan Kebon Sayur, Jakarta Barat ini meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menengok para pedagang di Taman Kota Intan. “Kami berharap ada solusi dari Pak Gubenur,” tambahnya.